Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Matius. Show all posts
Showing posts with label Matius. Show all posts

Wednesday, May 2, 2007

You'll Never Walk Alone

Ini bukan cerita sepakbola. Meskipun judulnya diambil dari lagu wajibnya pendukung Liverpool FC yang tadi pagi mengalahkan Chelsea di UEFA Champions League (Congrats to Liverpool). Tulisan ini juga bukan untuk membahas tentang American Idol. Lagu ini sempat dinyanyikan oleh Jordin Sparks pada American Idol 2007 hari Rabu minggu yang lalu (25 April.
Ini adalah perenungan tentang kesadaran penyertaan Yesus Kristus terhadap umatNya sampai selama-lamanya.

"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Mat 28:20

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Mazmur 23:4

Janji Kristus terhadap umatNya seharusnya tidak diragukan lagi. Tetapi kenapa banyak orang percaya yang masih terus bertanya penyertaan Tuhan dan menuntut bukti penyertaanNya menurut versi masing-masing?

Banyak orang hanya berpusat pada keinginan2nya yang harus dipuaskan Tuhan, dan kepuasan yang Tuhan berikan yang sesuai dengan keinginan2 mereka yang menjadi bukti bahwa ada penyertaan dari Tuhan.
Sementara yang lain hanya berpusat kepada kesulitan2 dan permasalahan2 yang ada dan ingin cepat keluar dari semuanya, tanpa pernah belajar sesuatu dan melihat penyertaan Tuhan di dalam keadaan2 seperti itu. Bukankah kalau kita bisa belajar dan melihat penyertaan Tuhan dalam keadaan seperti itu akan membuat hidup kita akan semakin berlimpah?! Karena penyertaan Tuhan melampaui dari segala keadaan..

Seharusnya waktu menghadapi segala tantangan dan keadaan, kita cukup berjalan terus, angkat kepala dan dengan rendah hati lihatlah kepada Tuhan yang tidak pernah meninggalkan serta dengan penuh ucapan syukur sadar bahwa You'll never walk alone.

Tanpa belajar melihat penyertaan Tuhan dalam segala keadaan, kita sudah kehilangan kesempatan menikmati penyertaan Tuhan yang akan sampai selama-lamanya.


When you walk through a storm, hold your head up high
And don't be afraid of the dark.
At the end of the Storm there's a golden sky
And the sweet, silver song of a lark.
Walk on through the wind, walk on through the rain,
Though your dreams be tossed and blown.
Walk on, walk on with hope in your heart,
And you'll never walk alone.
You'll never walk alone.

Monday, April 23, 2007

Easy Divorce

Sama seperti perpecahan gereja, maka perceraianpun menjadi sesuatu yang lumrah dan bisa dimengerti di zaman ini. Nonton infotainment di televisi, bukan sesuatu yang aneh kalau melihat berita artis kawin-cerai. Menonton film dan drama Hollywood, kawin-cerai, bahkan free sex dan perselingkuhan sudah dianggap wajar oleh setiap orang yang biasa menontonnya. Otak kita sudah tidak lagi berespon dan menganggap hal itu sebagai sesuatu dosa yang sangat besar. Jauh sekali berbeda dengan 10-20 tahun yang lalu, yang melihat semuanya akan menjadi sesuatu yang mengagetkan.
Di dalam Kekristenanpun seringkali sudah dianggap wajar dan di dalam tahun-tahun yang akan datang, akan lebih banyak lagi ditemukan single mother, sama seperti yang sudah dialami oleh Amerika dan Eropa. Dan tentu saja kasus-kasus perselingkuhan dan perceraian yang akan memusingkan para pendeta dan majelis. Apakah ini dampak dari Tuhan Yesus yang menyetujui perceraian!?

31 Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Mat 5:31-32

Ayat 31 adalah kutipan dari Ulangan 24:1-4. Dari sini sebenarnya kita bisa melihat konteks mengapa Tuhan Yesus menyebutkan kalimat ini. Orang Farisi menafsirkan perkataan Musa sebagai 'boleh cerai yang penting ada surat cerainya', penekanan mereka pada surat cerai yang melegalkan perceraian. Tapi, apa betul itu maksud dari Musa?
Kalau membaca keseluruhan dari Ul 24:1-4, penekanan Musa bukan pada surat cerai, justru akibat yang terjadi karena perceraian. Seorang pria yang sudah menceraikan isterinya tidak bisa lagi mendapatkan isterinya kembali. Maka, hati-hati kalau mau cerai karena akan kehilangan selamanya.

Itu sebabnya, Tuhan Yesus bukan membicarakan masalah surat, tetapi berbicara tentang akibat dari perceraian (bnd dgn Mat 19:1-12). Konteks saat itu, tidak ada wanita yang menceraikan suaminya. Hanya pria yang bisa menceraikan isterinya. Perceraian itu terjadi karena sang wanita berzinah. Maka kalu diceraikan, apapun alasannya, maka pasti dianggap karena sang wanita telah berzinah. Itu sebabnya akan membuat sang wanita menjadi pezinah, dan yang menikahinya selanjutnya akan menjadi pezinah juga.

Kalau dibandingkan dengan Mat 19:4-6, Tuhan Yesus memberikan dasar mengapa perceraian tidak boleh. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Tapi, mengapa masih terjadi banyak perceraian? Apakah manusia mempunyai kemampuan yang melebihi kuasa Allah yang mempersatukan? Hal ini dijawab oleh Tuhan Yesus di dalam Mat 19:8. Karena ketegaran hati manusia, karena manusia hanya melihat segala seuatu untuk dirinya, berpusat kepada dirinya, makanya Allah mengijinkan dan sebagian lagi dibiarkan untuk mengikuti nafsunya. Perceraian menjadi begitu gampang karena manusia tidak lagi melihatnya sebagai perjanjian dengan Allah, melainkan hanya sebagai suatu pilihan karena perasaan, keinginan, kenikmatan, nafsu ataupun keamanan diri sendiri.

Bagaimana dengan perzinahan yang memungkinkan adanya perceraian? Bukankah hal ini yang membuat perceraian makin banyak? Perzinahan terjadi karena manusia berbuat dosa. Sehingga perceraian pasti akan semakin banyak terjadi di dalam kehidupan dunia yang semakin berdosa. Maka, kalau Tuhan Yesus 'mengijinkan' perceraian karenan perzinahan, sebenarnya bukanlah membuka kesempatan kepada manusia untuk melihatnya sebagai kesempatan (ini yang dilihat oleh orang berdosa, karena memang menginginkannya), melainkan seharusnya dilihat sebagai ancaman kerusakan yang terjadi jikalau manusia hanya mengikuti keinginan hatinya yang tidak pernah puas dan melupakan perjanjian dengan Allah dalam pernikahan. Perzinahan membuat dua menjadi satu dicemari dan membatalkan ikatan perjanjian yang sudah dibuat. Perzinahan membatalkan janji kesetiaan yang sudah dibuat, karena perzinahan menunjukkan ketidaksetiaan yang merusak dasar pernikahan yang dibangun di atas janji kesetiaan kepada Allah dan pasangannya. Itu sebabnya, Tuhan Yesus bukan mengijinkan perceraian boleh karena perzinahan, melainkan perzinahan akan menyebakan perceraian karena ketegaran hati manusia yang menginginkannya.

Sesungguhnya jika kita setia kepada Tuhan yang selalu setia dan hidup bagi Dia, kita akan belajar tentang kesetiaan yang bisa dipraktekkan di dalam pernikahan. Tetapi manusia tidak selalu setia, itu sebabnya ancaman perceraian akan menjadi sangat gampang di dalam hidup pernikahan. Semoga masih ada anugerah kesetiaan dari Tuhan bagi pasangan2 yang ingin hidup bagi Tuhan dan bisa menjadi kesaksian yang baik bagi dunia yang berdosa dan tidak menghargai lagi kekudusan pernikahan.

Monday, April 9, 2007

Kristus tidak Bangkit!? Paskah atau Paksa?

Seperti Paskah tahun-tahun sebelumnya, biasanya menjelang Paskah ada berbagai tulisan/film yang mencoba menentang kebangkitan Kristus. Dan tentu saja ada berbagai macam tulisan yang berbicara tentang kebangkitan Kristus dan menjawab orang-orang yang menentang kebangkitan Kristus. Tahun ini agak seru sedikit. Film The Lost Tomb of Jesus yang ditayangkan Discovery Channel pada 4 Maret 2007 sepertinya memberi angin segar bagi orang-orang yang percaya Kristus tidak bangkit. Untuk percaya Kristus tidak bangkit juga butuh iman!
Ternyata ini juga mempengaruhi di banyak negara, termasuk Indonesia. Seorang Pendeta yang juga dosen di salah satu Sekolah Teologi yang paling berpengaruh di Indonesia, menuliskan tentang hal ini di koran yang paling berpengaruh di Indonesia juga dengan mengemukakan teorinya (imannya). Teorinya, Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: ia telah diangkat dalam roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah "tubuh rohani", bukan tubuh jasmani protoplasmik. Benarkah seperti itu? Kita hanya bisa membandingkan dengan Alkitab, dan melihat iman seperti apa yang dianugerahkan kepada kita.

27:62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 64 Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." 65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." 66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu." 8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." 11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." 15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Mat 27:62-28:15

Dari kesaksian Matius, ada tiga macam orang yang berhubungan dengan Kebangkitan Kristus.

Yang pertama, adalah Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka punya ingatan yang tajam (27:63). Mereka mengingat perkataan Kristus tentang kebangkitanNya (ternyata mereka memperhatikan dan mengingat kotbah-kotbah Kristus). Dan ternyata mereka juga percaya kebangkitan Kristus, karena sesudah serdadu-serdadu itu melaporkan kubur telah kosong, mereka percaya kepada para serdadu (27:11-15). Sesudah itu merancang cerita dan teori baru yang mengatakan bahwa murid-muridNya datang mencuri pada waktu malam. Kalau dilanjutkan dengan cerita zaman sekarang ini, dibawa ke mana oleh para murid? Dibawa ke kuburan keluarga Yesus. Tapi ternyata para serdadu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tidak bisa melacaknya. Mungkin terlalu sulit untuk menemukannya. Itu sebabnya baru akhir-akhir ini bisa ditemukan, mungkin karena arkeologi dan intelijen yang makin maju!?
Bagi mereka, Paskah berarti Paksa. Segala sesuatu dipaksakan demi untuk tujuan pribadi yang menguntungkan, kalau perlu ada sedikit pengorbanan yang nantinya akan membawa keuntungan. Ternyata penulis buku yang menginspirasikan film The Lost Tomb, pembuat film dan juga pendeta di Indonesia yang menulis bahwa Kristus tidak bangkit tubuhnya, mempunyai iman yang sama dengan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi? Saya pikir, mereka lebih diinspirasikan oleh tokoh kedua di dalam kesaksian Matius.

Siapa tokoh kedua? Para serdadu. Mereka punya senjata dan mereka punya kuasa, tapi tidak berdaya dengan kebangkitan Kristus. Hmm..Meskipun demikian mereka bisa mengambil keuntungan dari kisah kebangkitan Kristus. Caranya? Dengan menceritakan bahwa Kristus tidak bangkit, tetapi murid-murid mencuri mayatNya (dua wanita mengalahkan mereka dan mencuri mayatNya (28:1-4)?), maka mereka mendapatkan uang (28:15). Ini juga yang dilakukan oleh orang-orang yang berbicara bahwa Kristus tidak bangkit. Biasanya mendapatkan keuntungan yang lumayan dengan teori dan cerita mereka. Bagi mereka, Paskah adalah Paksaan yang menguntungkan. Dipaksa untuk menceritakan kebohongan dan beriman terhadap kebohongan, ternyata mendapatkan upah yang menguntungkan.

Yang ketiga, dua orang Maria. Mereka seharusnya sudah mendengarkan ajaran Kristus tentang kebangkitanNya. Tetapi mungkin ingatan mereka tidak setajam para imam dan orang Farisi. Ataupun mungkin mereka tidak perhatian? Jangan-jangan mereka sebenarnya tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit!? Sama seperti murid-murid yang lain sudah mendengar berkali-kali tapi tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit dan sudah bangkit. Sesudah mendapatkan pengertian dan anugerah dari Tuhan, teryata terjadi perubahan. Mereka menyambutnya dengan takut dan sukacita (28:8). Tidak percaya, menjadi percaya dan bahkan mendapatkan sukacita dari Paskah. Berbeda dengan imam-imam kepala, orang Farisi dan para serdadu yang tahu tentang kebangkitan, justru tidak beriman, mengambil keuntungan dari cerita yang dibuat sendiri, dan sukacitanya mungkin hanya didalam uang dan pengaruh/sensasi yang didapatkan.

Bagaimana dengan kita? Berbahagialah orang-orang yang dianugerahi iman dan bisa merasakan kegentaran dan kekaguman kepada Tuhan serta bersukacita di dalam kebangkitan Kristus. Bagi kita ada jaminan kebangkitan dan terlepas dari kuasa dosa dan kematian. Selamat Paskah!

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
1 Korintus 15:17

Friday, March 30, 2007

Mana yang lebih penting: Penginjilan atau Pemuridan?

Ada dua kutub yang sering terjadi di dalam Kekristenan. Yang pertama, selalu berbicara tentang penginjilan dan semuanya hanya penginjilan. Itupun seringkali memutlakkan cara dan metode penginjilan sendiri dan merendahkan cara dan metode penginjilan yang lain, apalagi yang dianggap sebagai orang-orang yang tidak menginjili secara pribadi.
Tetapi ada kutub yang lain, yang melihat bahwa pembinaan sangat penting. Orang-orang yang juga mengerti penginjilan, tetapi merasa orang-orang yang menekankan penginjilan melupakan pembinaan. Akibatnya mereka sering berada dalam kutub yang berbeda dengan orang-orang yang menekankan penginjilan dengan menekankan pembinaan. Mereka juga suka merendahkan orang-orang yang hanya menginjili tetapi melupakan pembinaan.
Sebenarnya masih ada dua pihak yang lain lagi. Yang pertama, adalah orang-orang yang merendahkan dua pihak itu dan merasa dirinya lebih baik. Dan pihak yang kedua, adalah yang berusaha menggabungkan keduanya dan merasa perlu untuk belajar dari semuanya.
Saudara berada di pihak mana?

19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Mat 28:19-20

Saya berada di pihak dari orang-orang yang pernah merendahkan dua pihak itu dan sampai sekarang ini terus berjuang untuk belajar dari kedua pihak itu. Berada di dalam pihak yang merendahkan kedua pihak, membuat diri sendiri ternyata tidak pernah melakukan apa-apa. Sesungguhnya tidak perlu ada kutub dan saling merendahkan. Karena masing-masing berada di dalam Kerajaan Allah dengan anugerah dan karunia yang berbeda, tetapi seharusnya mempunyai hati dan visi yang luas di dalam Kerajaan Allah. Ada yang tidak bisa dilakukan oleh bagian tubuh yang lain dan hanya bisa dilakukan oleh bagian tubuh itu, dan ada yang hanya bisa dilakukan dengan kerjasama berbagai bagian tubuh. Maka mari kita melihat visi yang besar untuk Kerajaan Allah.
Mat 28:19-20 menjadi salah satu bagian firman yang sering dibahas oleh orang-orang yang mempunyai hati untuk pemberitaan Injil. Bahkan dianggap sebagai bagian yang harus di bahas dalam setiap kegiatan training/seminar/camp/retreat penginjilan dan misi. Meskipun ayat itu hanya dipakai untuk mengingatkan orang akan tugas dan amanat yang penting. Itu sebabnya kita bisa membaca dan mendengarkan jutaan kotbah dari bagian firman Tuhan ini. Tidak salah kalau disebut sebagai Amanat Agung, ataupun ada yang mengatakannya sebagai Amanat Teragung.
Saya tertarik untuk melihat empat kata kerja participle yang dipakai oleh Matius.
1. poreuthentes. Diterjemahkan dengan Pergilah (Go). Participle ini justru memakai bentuk aorist passive deponent. Nuansanya adalah perintah tetapi memakai bentuk pasif.
2. matheteusate. Diterjemahkan dengan jadikanlah murid (Make disciple). Bentuk dari kata kerja ini adalah imperative aorist active.
3. baptizontes. Diterjemahkan baptislah (baptizing). Bentuk participle ini adalah present active.
4. didaskontes. Diterjemahkan ajarlah (teaching). Ini juga adalah participle present active.
Dari melihat 4 kata kerjanya, maka kita bisa melihat dua kata yang pertama berbentuk aorist (artinya hanya satu kali), sementara kedua berikutnya berbentuk present (nuansanya terus-menerus). Artinya, seharusnya kita melihat bahwa pergi dan menjadikan murid adalah perintah yang bukan bersifat terus-menerus. Seorang murid Kristus harus memiliki hati yang sadar bahwa ia mengemban amanat untuk pergi dan menjadikan orang-orang disekitarnya murid Kristus. Pergi dan memuridkan, bukan hanya berarti memberitakan Injil yang kemudian diterjemahkan dengan terus-menerus membaptis orang-orang itu, tetapi juga dengan terus-menerus mengajar mereka dengan segala sesuatu yang diperintahkan Kristus (apakah perintah Kristus hanya penginjilan!?).
Maka, pemberitaan Injil dan pemuridan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan. Karena orang-orang yang dinjili dan menerima Kristus hidupnya belum selesai sampai di situ, masih ada sisa hidupnya yang harus dipersiapkan dalam kekekalan. Di satu sisi, ia juga mulai memanfaatkan waktunya untuk bersaksi dan memberitakan Injil, tetapi di sisi yang lain ia juga harus bertumbuh dan mempersiapkan diri bagi hidup yang kekal. Begitu juga dengan pemuridan, siapa yang akan dimuridkan kalau tidak ada yang diinjili. Dan bukankah yang diajarkan oleh Kristus tentang pemuridan adalah dengan Ia sendiri pergi mencari calon-calon muridNya, lalu menantang dan mengajak untuk mengikutiNya. Sesudah itu ada waktu yang khusus diberikan hanya untuk murid-muridNya untuk membina mereka.
Penginjilan dan Pemuridan adalah bagian dari pelipatgandaan gambar Allah yang harus dilihat sampai kepada kesempurnaannya di dalam consummation. Sekaligus juga bisa dilihat sebagai bagian dari mandat budaya yang harus dikerjakan di dalam bumi ini dan di dalam bumi yang baru.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, berita apa yang dibawa dalam pemberitaan Injil? Apakah nama Allah Tritunggal yang dipakai dalam membaptis mereka adalah inti beritanya? Dan apakah ajaran-ajaran yang diperintahkan Kristus adalah ajaran-ajaran yang diajarkan kepada orang-orang yang sudah dibaptis itu?
Ada banyak yang berdebat tentang metode dan cara dalam penginjilan dan pemuridan, tetapi melupakan bahwa intinya justru bukan cara pendekatan dan metodenya. Bahkan penguasaan banyak metode dan cara bisa tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pengenalan akan Allah Tritunggal dan ajaran dari Kristus. Jadi, lebih baik hidup dalam relasi dan pengenalan akan Allah Tritunggal dan minta anugerah untuk bisa semakin mengenal dan mendalami ajaran-ajaran Kristus di dalam firmanNya. Sisanya, kita akan kaget bahwa kita akan dipakai oleh Allah. Karena hidup kita akan lebih memancarkan terang yang hidup di dalam hidup kita. Mau tidak mau kita akan pergi (Tuhan yang akan memimpin dan menggerakkan kita) untuk membawa berita tentang Allah dan firmanNya dan kita bisa menceritakan dan mengajarkan kepada orang-orang pilihan yang masih hidup dalam dosa dan orang-orang pilihan yang sudah diselamatkan.
Itu sebabnya ada janji penyertaan dari Kristus. Karena pelayan-pelayan bukan memberitakan diri sendiri dan metodenya, ataupu cara pemibinaan dan pemuridan dari denominasinya yang dianggap terbaik, melainkan Kristus yang diberitakan dan segala ajaran-ajaranNya tentang Allah Tritunggal, Keselamatan, Penebusan, hidup yang kekal, dan masih banyak lagi yang ada di dalam Firman.
Jadi, berhentilah untuk saling merendahkan, dan berhentilah untuk membanggakan metode dan cara sendiri (yang berasal dari penafsiran dan tentu saja karunia yang berbeda). Berhenti juga untuk memaksakan metodenya untuk dipakai oleh orang lain, karena tidak ada metode yang cocok untuk semua orang. Melainkan marilah kita melhat kepada Kristus yang sudah mempersatukan kita didalamNya, meminta anugerahNya, mengenalNya makin hari makin dalam, sehingga hidup kita semakin memancarkan Sang Terang Dunia di dalam dunia yang gelap ini, dan mengajarkan apa yang diajarkan Kristus, karena di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.
Kita sudah mendapatkan jawabannya, manakah yang lebih penting: Penginjilan atau Pemuridan? Jawabannya adalah Yesus Kristus!

5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Filipi 2:5-11

Friday, March 23, 2007

Turn Your Eyes Upon Jesus

Sejarah sudah mencatat begitu banyak peristiwa yang luar biasa. Satu-persatu di tulis dalam buku-buku sejarah, dijelaskan pengaruhnya di zaman itu dan zaman berikutnya. Ada satu peristiwa dalam sejarah yang tidak akan pernah terulang kembali, yang begitu luar biasa. Dimulai dari rencana Allah dalam kekekalan. Terus-menerus diceritakan dalam sejarah sejak manusia jatuh dalam dosa, dan akan dibicarakan terus sampai kembali kepada kekekalan. Sayangnya, sedikit orang yang betul-betul mengerti karena peristiwa itu sulit untuk dibayangkan dan dimengerti. Yang kita tahu dan bisa mengerti yaitu dampaknya terhadap hidup manusia di masa sebelum terjadi peristiwa itu dan sesudah peristiwa itu. Ya, hanya ada satu peristiwa yang berdampak terhadap sejarah hidup manusia sebelum peristiwa itu sekaligus berdampak terhadap keadaan manusia selanjutnya. Peristiwa apa itu???

45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. 46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Mat 27:45-46

Inilah peristiwa yang merupakan pusat dari sejarah dunia. Peristiwa yang sudah direncanakan di dalam kekekalan, dibicarakan dan berdampak terhadap hidup dan keselamatan orang-orang di dalam Perjanjian Lama, serta berdampak untuk hidup orang-orang di dalam Perjanjian Baru. Peristiwa penebusan dosa-dosa orang pilihan di atas kayu salib.
Sebelum teriakan Tuhan Yesus di atas kayu salib di dalam ay.46, Matius menceritakan terlebih dahulu ada peristiwa 3 jam kegelapan di dalam ay.45. Sebagian orang berpikir, apa maksudnya ayat ini? Sebagian lagi tidak memperhatikan sama sekali ayat ini. Apa artinya tiga jam kegelapan? Tiga jam kegelapan adalah saat di mana cawan murka Allah yang digumulkan oleh Tuhan Yesus di taman Getsemani harus diminumNya. Saat di mana murka Allah harus ditanggung oleh Tuhan Yesus. Di sini sebenarnya penghukuman untuk penebusan dosa-dosa orang pilihan dilakukan. Charles Spurgeon mengatakan bahwa ciptaan harus berduka selama tiga jam karena Pencipta yang tidak berdosa harus dihukum karena dosa-dosa ciptaanNya.
Itu sebabnya, di dalam ay.46 Tuhan Yesus berteriak, "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Dalam kalimat pertamaNya di atas kayu salib, Tuhan Yesus justru berkata memanggil Bapa dengan "Ya Bapa." Tetapi, kenapa saat di dalam perkataan keempat justru memanggil "Allahku" bahkan ditambahkan dengan "Engkau meninggalkan Aku"? Ada sesuatu yang terjadi saat itu, kenapa Bapa berpaling dari Anak? Hanya satu jawabannya, Bapa sedang menghukum Anak yang tidak berdosa. Hal ini sulit untuk dimengerti dan dibayangkan. Bapa meninggalkan Anak. Bapa menghukum Anak yang dikasihiNya dan yang tidak berdosa. Maka, lebih baik tidak dilanjutkan lagi pemikiran ini. Sampai di sini. Cuma bisa gentar, kagum dan takjub dengan rencana dan pelaksanaan kehendak Allah, serta jalan keluar bagi dosa-dosa manusia.
Mengapa Allah memakai rencana itu? Bukankah rencana itu membawa penderitaan yang tiada taranya bagi Kristus? Justru peristiwa ini ingin menunjukkan betapa seriusnya Allah dengan dosa yang membawa penderitaan kekal. Saat itu tidak sama dengan penderitaan yang dialami oleh orang-orang lain yang juga di salib. Semua yang di salib adalah orang berdosa. Tetapi Yesus Kristus tidak berdosa sama sekali. Sakitnya dua kali lipat. Yang lain di salib menanggung kesalahan sendiri. Tetapi Kristus di salib menanggung semua dosa-dosa orang pilihan. Kalau dosa satu orang harus dibalaskan dengan menderita di neraka sampai selama-lamanya, bagaimana dengan kumpulan dosa dari orang-orang pilihan? Seperti apa balasannya? Ini juga sulit untuk dibayangkan dan dimengerti. Apalagi penderitaan yang paling besar, yaitu ditinggalkan oleh Bapa. Lebih sulit lagi untuk dimengerti.

Teriakan Kristus bukan teriakan yang biasa diteriakkan oleh manusia waktu di dalam kesulitan, yang selalu bertanya kenapa Allah meninggalkan dirinya. Teriakan Kristus adalah satu-satunya yang valid dan mutlak, hanya Kristus yang layak bertanya seperti itu kepada Bapa. Sementara teriakan manusia, harusnya bertanya kepada diri sendiri, mengapa kita meninggalkan Allah? Dalam keadaan banyak berkat dan kesempatan, kita tidak bertanya, dimana Allah? Kita hanya memakai Allah untuk diri kita sendiri..!

Teriakan Kristus sebenarnya juga menjadi jaminan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya untuk tidak perlu lagi mempertanyakan dan berteriak kepada Allah. Jika Kristus yang sudah menanggung dosa-dosa dan penderitaan kita yang seharusnya kita tanggung di atas kayu salib, maka Ia-pun yang terus menanggung dan menguatkan kita dalam segala penderitaan dan kesulitan kita. Kristus menanggung segala penderitaan sendirian, sedangkan kita menanggungnya bersama-sama dengan Kristus. Seberat apakah penderitaan kita, sehingga kita akan berteriak dan bertanya kepada Allah, Mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Pelajaran lain yang kita bisa pelajari adalah tentang Doa. Tuhan Yesus sedang mengajarkan doa yang mustahil. Ketika kita berada di dalam hubungan yang erat dengan Allah, maka akan gampang untuk kita berdoa. Bagaimana kalau kita tahu bahwa Allah tidak akan mendengarkan kita dan sedang berpaling dari kita? Akankah kita berdoa?
Tuhan Yesus justru berdoa di saat Bapa berpaling dan meninggalkanNya. Bukankah doa ini tidak akan didengar? Ini memang tidak akan pernah terjadi di dalam hidup orang percaya. Karena relasi kita dengan Allah tidak akan terpisahkan. Tetapi ada saat-saat di dalam hidup kita, di mana kita merasa ditinggalkan (Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi kita merasa seperti itu) atau saat-saat kita menjauh dan menghindar dari Tuhan, justru di dalam keadaan seperti itu kita perlu berdoa. Karena hanya Allah sumber segala kekuatan, yang bisa membuat kita mengerti tentang segala keadaan yang terjadi di dalam hidup ini yang kita sulit untuk mengerti. Dan Allah selalu mendengar doa anak-anakNya, bukan untuk mengikuti keinginan anak-anakNya, tetapi untuk mengajarkan dan menunjukkan jalan-jalanNya.

Apakah Saudara merasa hidup ini terlalu penuh dengan penderitaan? Apakah Saudara sudah terlalu jauh dari Tuhan sehingga sulit untuk berdoa? Pandanglah pada Yesus Kristus.

O soul, are you weary and troubled?
No light in the darkness you see?
There’s a light for a look at the Savior,
And life more abundant and free!

Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His glory and grace.


Hel­en H. Lem­mel, 1922


Click di sini untuk seluruh syair dan lagunya

Thursday, March 1, 2007

Have I Told You Lately that I Love You?

Lagi lihat kembali tulisannya Bernard of Clairvaux (1090-1153), salah seorang tokoh Medieval. Meskipun penekanannya pada 'Virgin Mary' (lihat di sini) tidak bisa saya setujui, tapi tulisannya tentang 'mengasihi Allah' dalam ON LOVING GOD (baca, dengar, download gratis) sangat menarik untuk dibahas. Bernard membagi dalam Empat tahap mengasihi Allah (Saya sering pake juga untuk menggambarkan dalam mengasihi manusia). Tulisan Bernard ini sangat baik untuk mengevaluasi, apakah kita benar-benar mengasihi Allah dan manusia.

37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mat 22:37-39

Bernard menulis keempat tahap ini dalam 3 bab, dari bab 8 sampai bab 10. Saya sedikit mengutip dan menanggapinya.
1. Of the first degree of love: wherein man loves God for self’s sake(Ch. VIII)
"In such wise man, animal and carnal by nature, and loving only himself, begins to love God by reason of that very self-love; since he learns that in God he can accomplish all things that are good, and that without God he can do nothing."
Manusia biasanya mulai mengasihi Allah karena mengasihi dirinya sendiri. Membutuhkan sesuatu dari Tuhan, makanya datang kepada Allah dan mengasihiNya. Anehnya, Allah juga sering memberikan apa yang kita butuhkan dan kita minta. Menurut saya, kebanyakan orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan dan membutuhkan Tuhan biasanya memiliki kasih seperti ini. Banyak orang rajin untuk berdoa dan mengatakan mengasihi Allah, padahal sebenarnya hanya mengasihi berkat2 Allah dan butuh itu saja. Ujung-ujungnya sebenarnya mengasihi diri sendiri. Bisa dilihat pada banyak contoh orang yang datang ke Persekutuan Doa. Begitu lagi banyak masalah dan butuh sesuatu, rajin ikut PD dan PA, bahkan kalu bisa acara apapun ikut. Tetapi, begitu sudah dapat jawaban (baik iya maupun tidak jawabannya), maka semangatpun mulai luntur dan lama-kelamaan jarang muncul di PA dan PD. Maaf, ini bukan nuduh semua begitu. Hanya analisa doang dan melihat kenyataan..Bagaimana kalau hidup ini terus-menerus jauh dari berkat-berkat Tuhan yang terus kita inginkan dan kita minta? Masihkah kita mengasihi Allah?

2. The second degree of love: because we have tasted and seen how gracious the Lord is (Ch. IX)
Tahap kedua ini adalah tahap peralihan dari tahap pertama ke tahap ketiga. Itu sebabnya Bernard menulisnya dalam satu bab. Biasanya ini dialami oleh orang-orang yang sudah mengalami betapa baiknya Tuhan. Dasar mengasihi Allah, karena kebaikan-kebaikan dan berkat-berkat yang tiada habis-habisnya. Selalu baru setiap pagi. Great is Thy Faithfulness..Tapi, kasih seperti inipun ada nuansa egois. Bagaimana kalau kita tidak bisa melihat berkat-berkat dan kebaikan Tuhan dalam hidup ini? Tuhan sih akan tetap baik dan terus memberikan berkat, tapi ga tentu kita bisa melihat seperti Tuhan melihatnya. Misalnya, suatu saat kita akan berhadapan dengan hidup yang sulit, penuh dengan masalah, relasi dengan orang2 yang kita kasihi, keluarga, teman, rekan kerja; mengalami bencana alam; kehilangan orang-orang yang kita kasihi; mengalami penyakit yang membuat kita tak berdaya; kehilangan anggota tubuh kita; disiksa dan dianiaya...., dll.. (silahkan isi dan bayangin sendiri). Masihkah kita akan tetap berkata, "Aku mengasihi Engkau, Allahku yang Baik!"
Kalau kita tetap bisa mengasihi Allah, maka kita masuk ke tahap ketiga.

3. The third degree of love is to love God on His own account, solely because He is God. (Ch. IX)
"...Such love is thankworthy, since it is spontaneous; pure, since it is shown not in word nor tongue, but in deed and truth... Whosoever praises God for His essential goodness, and not merely because of the benefits He has bestowed, does really love God for God’s sake, and not selfishly..."
Tahap ketiga ini baru masuk ke dalam tahap kasih yang murni. Kasih yang bukan lagi berpusat pada diri sendiri, tapi berpusat kepada Allah. Kasih yang bukan berpusat pada pengalaman-pengalaman kita yang penafsirannya suka salah, tapi kasih yang berpusat pada kebenaran Firman yang memimpin dan menerangi pengalaman-pengalaman kita. Kasih ini melihat kepada pribadi dan keberadaan Allah dalam firmanNya. Kasih seperti ini tidak dipengaruhi oleh keadaan yang terus-menerus berubah, tapi berdasarkan kepada iman kepada Allah yang tidak berubah seperti yang ada dalam firmanNya yang kekal.
Kalau sudah berada di dalam tahap ini, masih adakah tahap yang lebih tinggi?

4. Of the fourth degree of love: wherein man does not even love self save for God's sake (Ch. X)
"...How blessed is he who reaches the fourth degree of love, wherein one loves himself only in God!...And real happiness will come, not in gratifying our desires or in gaining transient pleasures, but in accomplishing God’s will for us...To reach this state is to become godlike. As a drop of water poured into wine loses itself, and takes the color and savor of wine; or as a bar of iron, heated red-hot, becomes like fire itself, forgetting its own nature; or as the air, radiant with sun-beams, seems not so much to be illuminated as to be light itself; so in the saints all human affections melt away by some unspeakable transmutation into the will of God..."
Kasih seperti ini ditunjukkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Kasih yang sepertinya tidak mungkin dilakukan oleh manusia, tapi mungkin dengan anugerah Kristus bagi para pengikutNya. Kasih yang bahkan rela berkorban demi untuk mengasihi Allah. Kasih yang betul-betul merindukan kehendak Allah digenapi setiap saat. Kasih yang bukan mengeluarkan kalimat klise "bukan kehendakku tapi kehendakMu yang jadi", yang dikutip oleh orang2 yang tidak tahu kehendak Allah dan kebanyakan sebenarnya tidak mau tahu kehendak Allah, tapi memakai kalimat itu hanya untuk menunjukkan bahwa dia tidak memaksa Allah. Kasih kepada Allah seperti ini, kebanyakan akan dianggap bodoh, aneh dan sulit dimengerti, tapi juga dikagumi. Kasih ini bukan datang dengan tiba-tiba, tapi kasih yang bertumbuh karena pengenalan yang benar terhadap Allah dan kasih yang dianugerahkan dan dipelajari dari Kristus..

Setiap kali, saya baca lagi dan melihat tulisan Bernard ini, membuat saya selalu bertanya, "When will I really love YOU, GOD?". Karena kenyataan dalam hidup ini, meskipun tahu Allah yang harus menjadi pusat, seringkali dalam hidup sehari-hari menjadi berbeda.
Kalau sekali lagi saya mengatakan saya mengasihi Allah, kasih di dalam tahap yang mana yang saya maksudkan? Sebelum saya mati dan bertemu dengan Tuhan, akankah saya mengatakan, 'Have I told You lately that I LOVE YOU'? On which degree of love, my love to God?
What about you, my friend?


Have I told YOU lately that I love YOU
Have I told YOU there's no one else above YOU
Fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles that's what YOU do

Friday, February 23, 2007

Makan dan minum: Penciptaan-Kekekalan?

Bicara soal makan dan makanan, apa memang sangat perlu dan penting dalam teologi? Banyak orang hanya mengkaitkan dengan kerakusan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Tapi, percaya atau tidak makan mempunyai perananan yang sangat penting dalam memuliakan dan menikmati Tuhan secara pribadi. Ini salah satu topik yang saya paling sukai. Melihat makan pada saat penciptaan, manusia jatuh dalam dosa karena makan, sesudah ditebus oleh Kristus dan waktu kembali kepada Tuhan, masihkah kita makan dan minum? Pernah mikir ini?

Saya mencoba melihat beberapa fakta dalam Alkitab yang berbicara tentang pergumulan manusia dengan makanan dalam empat tahap hidup manusia.

1. Penciptaan

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:9

Ada dua kata yang perlu dipikirkan: 'menarik' dan 'baik' untuk dimakan buahnya. Sebagian orang hanya memikirkan kata menarik ditujukan kepada pohon-pohon dan bukan pada buahnya. Sebenarnya, kata 'menarik' itu berhubungan dengan buah-buahan. Nanti kita bisa melihat hubungannya dgn peristiwa manusia jatuh dalam dosa. Kata 'menarik' menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukan hanya memberikan kepada manusia makanan yang sesuai untuk kebutuhan manusia, apa yang baik, tapi juga memberikan kenikmatan dalam makan. Itu sebabnya buah2an tidak diciptakan dalam satu bentuk dan satu rasa. tapi dibuat bermacam-macam untuk kenikmatan dan kebaikan bagi manusia. Maka, makan adalah kesempatan untuk menikmati yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

2. Kejatuhan dalam Dosa
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Kej 2:16-17

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kej 3:6

Banyak yang mengatakan kalau manusia jatuh dalam dosa karena kesomobongan dan keinginan menjadi sama seperti Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal itu. Bagi saya, ujiannya adalah makanan dan berbicara tentang kepuasan dan ketidak-puasan.
Kalau kita lihat, ujiannya sederhana. Tuhan sudah berikan banyak buah2an yang menarik dan baik untuk dimakan (kej 2:9). Yang tidak boleh dimakan hanya buah dari satu pohon (Kej 2:16-17). Tapi, Iblis bisa membuat manusia tidak puas dengan semua pemberian Tuhan dan membuat yang tidak boleh menjadi baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Makan dan minum sekarang berada di dalam arah kenikmatan yang salah. Apa masih kurang kenikmatan yang Tuhan berikan? Semua boleh dinikmati, kecuali yang satu itu...
Akibatnya terhadap manusia, sejak saat itu, manusia harus bekerja keras sampai mati untuk bisa mendapatkan makanan (Kej 3:17-19). Implikasi lainnya, manusia tidak lagi menikmati Tuhan dalam makan...

3. Penebusan di dalam Kristus.
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
1 Kor 10:31

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya waktu menghubungan makan dan minum dengan Tuhan. Beberapa diantaranya:
- Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35, 48, 51)
- Perjamuan dipakai untuk mengingat penebusan Kristus (Mat 26:26-28)
- Waktu mengajarkan Doa Bapa kami, permintaan pertama bukan penebusan dosa tapi makanan (Mat 6:11)
Maka, sesudah ditebus makan dan minum menjadi salah satu aspek yang dipakai untuk bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa makan dan minumpun harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31)

4. Di Langit dan Bumi Yang Baru
Ada beberapa ayat di dalam kitab Wahyu yang perlu dilihat, Why 21:6 (air hidup); 22:1 (sungai kehidupan); 22:2 pohon kehidupan; 22:14 (pohon kehidupan); 22:17(air hidup).
Agak sulit untuk menafsirkan bagian-bagian ini. Tapi, kita bisa lihat ada nuansa yang menggambarkan kebutuhan dari umat yang ditebus untuk terus-menerus bergantung kepada Pencipta dan Penebus kita. Kita butuh sesuatu yang harus kita 'makan' dan 'minum' yang berasal dari Tuhan untuk hidup kita.
Kita juga bisa melihat kepada perkataan Kristus pada perjamuan terakhir di dalam Matius 26:29, Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."



Kesimpulan.
Dari fakta-fakta di atas, maka makan itu menjadi sangat penting bukan pada makanan itu sendiri (krn Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan minuman-Rom 14:17), tetapi kepada lambang dari makan (beberapa kali menunjuk kepada Kristus dan persekutuan dengan Kristus), dan bagaimana menikmatinya sebagai pembelajaran untuk menikmati Tuhan sampai selama-lamanya.
Makan bukan hanya menikmati berkat itu, tapi lebih tinggi lagi menikmati Sumber Berkatnya. Caranya, waktu makan jangan hanya berhenti dalam kenikmatan bagi kita, tapi berpikir ttg sumber kenikmatan yg pasti lebih nikmat. Mengutip bait ketiga dari lagunya Rhea F. Miller (1922), I'd Rather Have Jesus:
He's fairer than lilies of rarest bloom;
He's sweeter than honey from out the comb;
He's all than my hungering spirit needs.
I'd rather have Jesus and let Him lead


Maka, sebelum makan, Doa jangan hanya formalitas dan basa-basi. Bersyukur! Minta anugerah Tuhan agar kita bisa menikmati dan bersekutu dengan Dia. Pikirkanlah Sang Sumber Berkat pada saat menikmati berkatNya. Dan nikmati dalam ucapan syukur, sadar bahwa makan adalah kesempatan kita belajar bergantung, bersandar, bersekutu dan menikmati Tuhan.