Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Yohanes. Show all posts
Showing posts with label Yohanes. Show all posts

Saturday, May 10, 2008

Parakleitos dan Pengajar

Yang biasanya diperhatikan dalam turunnya Roh Kudus adalah peristiwa ajaib ketika para Rasul bisa berbicara di dalam bahasa-bahasa lain yang sebelumnya mereka belum pernah pelajari. Mengapa karunia itu yang diperhatikan? Karena manusia selalu menyukai melihat dan mengharapkan sesuatu yang instan dan luar biasa. Lebih tertarik kepada fenomenanya daripada esensinya.
Seharusnya yang diperhatikan adalah Roh Kudus. Mempertanyakan siapakah Roh Kudus yang memberikan karunia yang luar biasa itu? Untuk mengenal siapakah Roh Kudus, maka kita harus mendengarkan perkataan dari Tuhan Yesus.

tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yoh 14:26

Parakleitos
Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Parakleitos. Sama seperti Tuhan Yesus yang adalah Parakleitos, hanya Roh Kudus adalah pribadi yang berbeda. Sama-sama Parakleitos, tetapi pribadi yang berbeda. Sama-sama Allah yang berkuasa, tapi pribadi yang berbeda. Artinya, orang percaya memiliki dua pribadi parakleitos.

Parakleitos mempunyai beberapa arti: penghibur, penolong, penasehat, perantara, dan pembela. Itu sebabnya dalam beberapa terjemahan Alkitab ada terjemahan yang berbeda. Seharusnya satu kata ini mengandung semua pengertian yang ada. Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Allah yang menghibur, menolong, memberikan nasehat, perantara, dan membela kita.

Pengajar
Selain sebagai Parakleitos, Roh Kudus juga dikatakan oleh Tuhan Yesus akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Sama seperti pengajaran Tuhan Yesus berasal dari Allah Bapa, maka pengajaran dari Roh Kudus tidak berbeda dengan Tuhan Yesus. Agak aneh, kalau di zaman sekarang ini banyak yang mengatakan mendapatkan wahyu baru dari Roh Kudus (dan berbeda dengan yang ada di Alkitab). Mungkinkah pewahyuan dari Allah Roh Kudus berbeda (dan bertentangan) dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus???

Murid-murid Tuhan Yesus di dalam tiga tahun setengah mengikuti-Nya tidak bisa mengerti semua yang diajarkan oleh-Nya. Sesudah Roh Kudus turun, mereka dipenuhi Roh Kudus (dipenuhi Firman). Karena semua pengajaran dari Tuhan Yesus sekarang menjadi jelas bagi mereka. Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang harus menderita, mati di salib, bangkit pada hari ketiga dan sesudah itu naik ke surga, sekarang menjadi jelas bagi mereka karena pekerjaan Roh Kudus yang mengajar dan memenuhi mereka dengan firman.

Kita bisa melihatnya di dalam kotbah-kotbah Petrus di dalam Kisah Para Rasul. Petrus tidak bicara tentang betapa hebat kuasa diri mereka ataupun membicarakan tentang wahyu-wahyu baru yang mereka dapat. Tapi Petrus berbicara tentang Yesus Kristus yang datang ke dunia meggenapi nubuat nabi2 di Perjanjian Lama, ditolak, menderita, dibunuh dengan disalibkan, bangkit pada hari ketiga, naik ke surga dan akan datang kembali. Kotbah yang dipenuhi oleh Roh Kudus, justru berbicara tentang pusat dari firman, yaitu firman yang menjadi daging.

Roh Kudus tidak mengajarkan pengajaran baru yang aneh-aneh. Justru kalau kita membaca Kisah Para Rasul, maka semua yang diajarkan kepada para Rasul adalah untuk menggenapi Perjanjian Lama dan berpusat pada Yesus Kristus yang mati dan bangkit. Justru yang mengajarkan pengajaran yang aneh-aneh adalah para pengajar sesat. Karena para pengajar sesat hanya ikut-ikutan dan hanya menginginkan karunia dan mujizat dengan memakai nama Tuhan Yesus. Itu sebabnya ajaran mereka tetap sama, hanya menambahkan Tuhan Yesus di dalamnya dan mengharapkan orang terpesona dengan segala karunia dan mujizat. Berbeda dengan para Rasul yang mengadakan mujizat sebagai awal untuk mengajarkan segala kebenaran yang berpusat pada Kristus. Orang-orang bukan hanya terkagum-kagum melihat segala mujizat dengan kepala kosong, tapi orang-orang itu diminta bertobat dan diajarkan kebenaran yang mengubah seluruh aspek hidup mereka.

Allah Roh Kudus adalah pengajar yang terbaik. Karena Ia menolong, menghibur, menasehati, membela dan memperlengkapi kita dengan firman Tuhan. Semua kebenaran firman Allah dalam Alkitab yang sering kali terlihat sulit, justru bisa dimengerti oleh pertolongan dan penyingkapan dari Allah Roh Kudus. Ia membawa kita kepada seluruh kebenaran. Mendorong dan menguatkan ketika kita lemah. Menghibur dengan firman ketika kita bersedih. Membela ketika Iblis menuduh kita. Dan terus-menerus memperlengkapi dengan segala kebenaran firman. Semakin kita membaca firman, Roh Kudus semakin memenuhi kita.

Maukah Saudara dipenuhi Roh Kudus? Bacalah firman Tuhan dan minta Allah Roh Kudus memenuhi dengan kelimpahan firman-Nya.

Wednesday, May 7, 2008

Persiapan Pindah Rumah

Pindah ke rumah yang baru seringkali menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang mengalami stress. Karena tempat yang baru menuntut beberapa penyesuaian. Biasanya perlu beberapa persiapan sehingga siap untuk pindah ke rumah yang baru.
Untuk rumah tempat tinggal yang sementara saja perlu persiapan, bagaimana dengan pindah ke rumah yang kekal?

1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
Yohanes 14:1-3


Sudah Tersedia
Berbeda dengan rumah di dunia ini yang perlu dibeli, dicari dan bahkan dibangun sendiri, maka rumah di dalam kekekalan sudah tersedia. Uniknya, rumah itu disediakan gratis oleh Sang Pencipta. Bukan bergantung pilihan dan keinginan kita, tetapi berdasarkan kerelaan kehendak Sang Pencipta yang memberikan anugerah. Yang pasti, seperti pada waktu Ia menciptakan dunia ini dan memberikan yang terbaik bagi manusia, maka ciptaan baru-Nya adalah tempat yang lebih indah, mulia dan sempurna.

Jaminan ketersediaan tempat tinggal ini dipertegas dengan kenaikan Tuhan Yesus. Tempat tinggal di rumah Bapa dijamin oleh Tuhan Yesus bagi umat-Nya. Hanya bagi umat-Nya tempat sudah disediakan. Sementara yang tidak percaya kepada Yesus Kristus harus menyediakan tempat bagi dirinya sendiri!

Manusia tidak perlu membantu Tuhan untuk mempersiapkan rumah baginya dalam kekekalan. Karena ketika kita ingin membantu dan mengaturnya, maka kita sedang menunjukkan bahwa kita kurang percaya bahwa sang Pencipta mampu menyediakan segala sesuatunya. Lagipula kita belum pernah pergi ke dalam kekekalan. Bagaimana mungkin kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya? Bagaimana caranya kita 'membangun dan menyediakan' tempat bagi diri kita dalam kekekalan? Mungkinkah!?

Pengembang dan Penjemput
Tuhan Yesus yang menyediakan tempat bagi umat-Nya. Artinya, Ia-lah yang menjadi Pengembang. Ia yang mencipta dan mempersiapkan semuanya. Lebih menarik lagi, Ia juga yang menjemput umat-Nya untuk tinggal di tempat itu.

Yesus Kristus ternyata bukan hanya menyediakan tempat tinggal, sesudah itu menawarkan kepada manusia siapa yag mau tinggal silahkan datang dan tinggal bersama-Nya. Melainkan Ia tahu bahwa tidak ada yang sanggup untuk menyediakan tempat tinggalnya, dan bahkan tidak akan sanggup untuk datang ke tempat kediaman-Nya yang kudus dan sempurna. Maka, Ia sendiri yang harus menyediakan, menguduskan dan menjemput umat-Nya.

Yesus Kristus adalah Pengembang yang bertanggung jawab, sekaligus Penjemput. Bahkan kalau melihat di ayat 4 dan 6, Yesus Kristus juga adalah satu-satunya Jalan ke tempat itu.

Perlu Persiapan?
Kalau kita tahu tempat tinggal di dalam kekekalan sudah tersedia, maka kita harus berhenti gelisah. Tidak ada yang perlu dikuatirkan lagi tentang kehidupan yang kekal. Bahkan kita bisa melihat bahwa kematian akan menjadi gerbang kepada keuntungan untuk berdiam bersama Kristus sampai selama-lamanya.

Selain itu, kata Tuhan Yesus kita hanya perlu percaya saja. Percaya bahwa Allah sudah menyiapkan yang terbaik dan tanpa perlu usaha dan bantuan kita. Kita tidak perlu membayar down payment dan mempersiapkan cicilan, karena semua kekayaan di dunia ini tidak sanggup membelinya.

Yang bisa kita lakukan hanyalah bersiap untuk pindah rumah. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkan sebagai persiapan:
1. Merindukan tempat tinggal baru yang sempurna
2. Bersiap untuk kehilangan semua hal yang sementara
3. Hidup selalu bersyukur karena sudah dapat hidup yang kekal
4. Menyelesaikan tugas kita di dunia sebaik mungkin bagi kemuliaan Allah yang sudha memberikan anugerah-Nya bagi kita
5. Menikmati dan memanfaatkan yang sementara sebagai persiapan menikmati hidup yang kekal
6. Hidup kudus sesuai panggilan
7. ..... (Isi sendiri)

Berbahagialah orang-orang yang sudah disediakan tempat tinggal di dalam kekekalan, karena tidak ada yang perlu dikuatirkan lagi ketika menghadapi kematian dan masuk dalam hidup yang kekal.
Sudahkah Anda bersiap untuk pindah rumah?

Monday, February 11, 2008

Living Life Fruitfully

Hampir setiap manusia menginginkan hidupnya berarti. Bahkan menginginkan (kalau bisa) dirinya bisa menjadi orang yang terkenal. Itu sebabnya kontes2 untuk menjadi populer begitu diminati oleh banyak orang, tanpa menghiraukan kemampuannya, talenta dan panggilannya. Bagamaina dengan pengikut Kristus? Apakah menjadi populer yang menjadi tujuan hidup kita?

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Yoh 15:5

Tinggal dalam Kristus dan Kristus dalam kita
Berbeda dengan Yudas Iskariot yang dipotong dan dibuang, maka murid-murid Kristus seperti ranting2 dari pohon anggur yang terus-menerus bergantung dan percaya kepada Kristus yang adalah pokok anggur. Maka, tinggal dalam Kristus mempunyai arti terus-menerus beriman dan bergantung kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pemelihara hidup dan tujuan akhir dari hidup ini.
Tinggal dalam Kristus tidak bisa dipisahkan dengan Kristus dalam kita, karena justru karena Kristus dalam kita yang membuat kita bisa tinggal dalam Kristus. Membandingkan dengan Yohanes 15:7, maka Kristus dalam kita sama dengan firman Allah di dalam kita. Artinya, yang memampukan kita bisa terus percaya dan bergantung kepada Tuhan adalah firmanNya yang tinggal dalam kita. Firman yang tinggal dalam kita adalah firman yang kita hidupi dalam kehidupan ini. Bukan hanya sekedar pengetahuan, tapi yang dipraktekkan dalam hidup ini. Percaya dan bergantung terus-menerus kepada Kristus serta menghidupi firmanNya membuat kita berbuah banyak.

Berbuah banyak
Hidup yang berbuah banyak adalah konsekuensi logis dari murid-murid yang mengikuti Kristus. Ini bukan pilihan, tapi suatu kepastian.
Ada banyak penafsiran tentang berbuah banyak. Secara pribadi, saya menyoroti tiga hal saja:
1. Meminta dan mendapatkan.
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh 15:7).
Bukan sembarang permintaan, tetapi meminta kehendak Allah berdasarkan firman Kristus yang tinggal dalam kita. Ada suatu kepastian bahwa kita akan mendapatkan permintaan itu, dan tentu saja akan melakukannya dalam kehidupan kita. Orang Kristen yang berbuah banyak adalah Kristen yang meminta kehendak Allah, mendapatkan dan melakukannya dalam kehidupannya. Sudah berapa banyak kehendak Allah yang kita minta. dapat dan lakukan?
2. Mengasihi
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (Yoh 15:9-10).
Kasih adalah salah satu aspek dari buah Roh. Sudah terlalu banyak yang membahas tentang kasih, tapi kenyataannya sulit sekali untuk mempraktekkan kasih tanpa syarat yang terus bertumbuh dalam hidup ini. Dasar dari kasih Kristen adalah kasih Bapa di dalam Tuhan Yesus yang mengasihi kita. Yesus Kristus sudah menderita, berkorban dan mati bagi kita (Yoh 15:13). Hal ini adalah bukti dari cinta kasihNya kepada kita. Apa bukti dari kita mengasih Allah? Tuhan Yesus menginginkan kita sebagai murid-muridNya untuk saling mengasihi, seperti kasihNya kepada kita (Yoh 15:12). Hidup Kristen yang berbuah banyak, justru ditunjukkan dengan mengasihi Allah dan saling mengasihi yang didasarkan atas kasih Kristus yang berkorban bagi umatNya.
3. Bersukacita
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. (Yoh 15:11).
Sukacita sering kali disalah-artikan dengan tertawa. Padahal tidak semua tawa adalah sukacita, dan bahkan hanya sedikit tawa yang betul-betul sukacita. Sukacita yang berasal dari Kristus adalah sukacita yang kekal, yang tidak bergantung oleh keadaan. Justru menjadi suatu tantangan bagi seorang Kristen untuk menyatakan sukacitanya di dalam segala keadaan. Sukacita kekal ini didapatkan karena penebusan atas dosa-dosa kita, yang membuat kita sudah dibebaskan dari hukuman kekal. Keadaan apapun tidak akan mengubah status kita sebagai orang yang sudah diselamatkan. Sukacita ini membuat kita bisa melakukan banyak hal di dalam segala keadaan sebagai respon untuk menyatakan kemuliaan Allah. Hidup yang berbuah banyak adalah hidup bersukacita dalam segala keadaan dan bisa memanfaatkan setiap keadaan untuk memuliakan Allah.

Thursday, August 23, 2007

Cinta Buta dan Tuan Rumah Palsu

Kejatuhan manusia di dalam dosa merusak banyak aspek di dalam hidup kita manusia. Bukan hanya itu, kebenaran menjadi diselewengkan dan diputar balikkan. Relasi yang benar diselewengkan. Jatuh cinta dianggap lebih penting daripada pertumbuhan di dalam pengenalan yang membuat cinta sejati muncul.
Bahkan orang-orang yang mengaku Kristen seringkali berada di dalam keadaan mencintai Tuhan, tapi dengan cinta buta. Dan merasa semakin hari semakin mencintaiNya. Karena makin mengenalNya? Atau karena berkat-berkatNya yang kita pikir menjadi hak kita?

10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Yoh 1:10-11


Cinta Buta
"Ia telah ada di dalam dunia,..., tetapi dunia tidak mengenal-Nya"
Kata 'mengenal' di dalam bahasa aslinya dari akar kata 'ginosko', yang bisa diartikan belajar mengenal, tahu dan memahami, mengerti. Tuhan Yesus sudah datang ke dunia, kepada umat kepunyaanNya, tapi manusia tidak bisa mengenal, memahami dan berusaha mengertiNya. Wajar bagi orang-orang yang tidak dipilih untuk diselamatkan, karena tidak mungkin untuk bisa mengenal Yesus Kristus dan percaya kepadaNya. Kegelapan tidak mungkin memahami Terang. Tetapi, bagaimana dengan orang-orang yang sudah menerima Kristus di zaman sekarang ini dan mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen? Adakah kita juga mengerti dan memahami siapakah Kristus?

Dalam beberapa kesempatan berkotbah keliling ke berbagai gereja, persekutuan, kantor, universitas dan sekolah2, saya mendapatkan beberapa fakta bahwa banyak orang yang mengaku Kristen, ternyata tidak mengenal siapakah Kristus. Pertanyaan yang sederhana sering ditanyakan, "Ada berapa banyak nama, gelar dan atribut Kristus di dalam Alkitab yang kita tahu?" Biasanya sangat sedikit yang bisa menjawab jumlahnya yang benar mendekati yang ada di dalam Alkitab. Bagaimana bisa mengenalNya, kalau namaNya saja kita tidak tahu!? Begitu juga dengan setiap perkataanNya, banyak yang hanya memperhatikan dan memperdebatkan kalimat-kalimat yang sulit untuk dimengerti. Tetapi, apakah kita bisa memahami dan mengerti kalimat-kalimat yang sederhana dari Tuhan Yesus? Di samping itu, bagaimana relasi kita denganNya? Apakah pengenalan kita akan pribadiNya membuat kita makin mencintai diriNya?

Jika kita tidak pernah belajar untuk mengenal diri Tuhan Yesus dan perkataan2Nya, dan bahkan berusaha dengan segenap hati dan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi untuk mengasihiNya, maka cinta kita kepada Yesus Kristus hanyalah cinta buta semata...

Tuan Rumah Palsu
Dunia dijadikan oleh Yesus Kristus. Ia yang mencipta bumi dan seluruh isinya. Tetapi, ketika Ia datang ke dunia, orang-orang kepunyaanNya tidak menerimaNya. Kata 'menerima' di dalam bahasa aslinya berasal dari akar kata 'paralambano'. Kata ini bisa berarti menerima atau bergabung. Kata ini juga dipakai untuk menggambarkan tuan rumah yang menerima tamunya untuk masuk dalam rumahnya.
Masalahnya sekarang, manusia yang jatuh dalam dosa tidak mengerti siapa tuan rumah dan siapa tamu. Semua manusia di dalam dunia ini hanyalah tamu, bukan kita yang mencipta dunia ini. Kita hanya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengusahakan dan memelihara bumi ini. Waktunya tiba, kita harus kembalikan dan pergi dari tempat kita masing-masing. Kenyataannya, dalam pemikiran dan perasaan manusia sering menganggap dunia ini milik kita dan merasa menjadi tuan rumah di dalam dunia ini. Padahal, kita hanya budak-budak yang harus mengerjakan pekerjaan Tuan kita.
Anehnya, ketika Tuan Rumah datang ke dunia yang adalah ciptaan dan milikNya, budak-budak sudah bertindak sebagai tuan rumah. Ya, tuan rumah yang palsu menolak Tuan Rumah yang sejati. Ironis...
Dikasih anugerah dan kesempatan, ingin menguasai semuanya dan menolak Pemberi dan Pemilik. Suatu waktu nanti, mau tidak mau, pasti harus dikembalikan kepada pemilik sebenarnya dari dunia ini, yaitu Tuan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja, Yesus Kristus, pencipta dunia ini.

Ingatlah akan anugerah dan kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kita, bukan sebagai tuan rumah, tetapi sebagai tamu dan budak yang dipercayakan untuk mengelola harta Tuan kita, yang kita cintai bukan dengan cinta buta. Maka, jika Tuan kita datang kembali, Ia akan menyapa kita sebagai hamba yang baik dan setia, dan kita akan diajak masuk di dalam kebahagiaan Tuan kita. Soli Deo Gloria..

Tuesday, June 26, 2007

Roti Hidup

Ada tujuh perkataan Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri di dalam kitab Yohanes yang dimulai dengan kata Akulah (Ego eimi). Ego artinya Aku, sedangkan eimi berarti Aku adalah. Ada penekanan di dalam kata Aku, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Di samping itu, Yohanes menggunakan tujuh yang merupakan lambang kesempurnaan.

Zaman sekarang ini, hampir setiap orang sangat senang membicarakan tentang dirinya sendiri. Kita bisa melihat dengan adanya berbagai macam blog yang bicara tentang diri sendiri, pemikirannya, perjalanannya, dll.
Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang menganggap bahwa kesaksian dari seseorang itu tidak valid. Kalau seseorang bicara tentang dirinya sendiri, biasanya tidak tentu benar. Mungkin dilebih-lebihkan atau dikurangin (merendah). Karena itu diperlukan kesaksian orang lain yang berbicara tentang orang itu, minimal dua orang. Tapi, Tuhan Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia, karena sudah ada kesaksian dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Maka, sangat menarik kalau kita bisa mendengarkan kesaksian Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri.

Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Yoh 6:35,48-51

Perkataan yang pertama yang ditulis oleh Yohanes mempergunakan roti, makanan, kebutuhan sehari-hari, yang sangat diperlukan manusia. Konteks di Israel pada saat itu, makanan utamanya adalah roti (dan bukan nasi). Tuhan Yesus sedang berbicara tentang kebutuhan yang utama dari manusia, roti, seharusnya menunjuk dan membawa manusia kepada kebutuhan yang paling utama, yaitu Roti Hidup.

Kalau kita melihat konteks ceritanya, di mulai dari Mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan memberi makan 5000 laki-laki hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, di mana sisanya sampai 12 bakul roti. Orang-orang yang sudah melihat, mengalami dan mendengarkan mujizat ini, berbondong-bondong untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja. Tetapi Tuhan Yesus pergi menghindar dari mereka, tetapi mereka terus mencari Tuhan Yesus, dan akhirnya mereka menemukanNya.

Sekalipun mereka ingin menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja, tapi fokus mereka sebenarnya hanya kepada roti yang mengenyangkan mereka, bukan kepada diri Tuhan Yesus sendiri. Maka, Tuhan Yesus menantang mereka percaya bahwa diriNya adalah Messias yang berasal dari Allah. Tetapi mereka menantang Tuhan Yesus dan membandingkan antara mujizat Tuhan Yesus memberi makan roti 5000 orang dengan mujizat yang terjadi pada ribuan nenek moyang mereka di padang gurun waktu keluar dari Mesir yang mendapatkan manna (roti) yang turun dari langit. Sepertinya peristiwa manna lebih ajaib dibandingkan dengan mujizat Tuhan Yesus. Karena manna adalah roti yang turun langsung dari sorga.

Tetapi justru Tuhan Yesus membandingkan antara manna yang turun dari sorga dan diriNya yang turun dari sorga. Manna berasal dari Allah Bapa, begitu juga dengan diriNya yang merupakan pemberian bagi manusia yang memberikan hidup. Orang-orang Israel menginginkan roti yang memberikan hidup sampai selama-lamanya, dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa diriNya-lah Roti Hidup yang bisa memberikan hidup sampai selama-lamanya. Sayang sekali orang Israel menolaknya, karena mereka hanya butuh roti jasmani di dalam pikiran mereka. Orang Israel tidak bisa melihat yang hadir di hadapan mereka adalah Roti Hidup yang jauh melebihi manna, yang mereka anggap roti surgawi atau roti2 lainnya yang mereka harapkan bisa memuaskan mereka sampai selama-lamanya. Menurut orang Israel, Yesus hanyalah anak Yusuf yang mereka kenal, mana mungkin Ia turun dari sorga. Padahal, mereka sedang berhadapan dengan Roti dari sorga dan mereka bisa mendapatkan hidup sampai selama-lamanya. Karena kehendak Bapa, setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal dan akan dibangkitkan oleh Tuhan Yesus di akhir zaman (Yoh 6:40).

Tuhan Yesus juga memberikan perbedaan yang terjadi antara orang yang sudah menikmati mujizat manna dengan Roti Hidup, yang adalah diriNya sendiri. Semua yang sudah menikmati manna, semuanya sudah mati. Bahkan hampir tidak ada satupun yang masuk dalam Kanaan. Apa yang harus dibanggakan dari orang-orang yang makan manna? Mereka semua mati!
Tetapi, yang menikmati Roti Hidup, percaya kepada Tuhan Yesus akan hidup selama-lamanya. Lho bukannya semua orang yang percaya pada waktu itu kepada Tuhan Yesus juga sudah mati saat ini?! Betul! Mereka mati, tetapi hidup. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang menjamin kehidupan setiap orang percaya, bahwa mati secara fisik tidak menghalangi hidup sampai selama-lamanya. Bukan karena memakan manna dan segala berkat2 serta mujizat. Bukan! Melainkan karena percaya kepada Roti Hidup, kebutuhan utama manusia, yang membuat manusia tidak akan lapar dan haus lagi. Karena kekekalan kita sudah terisi dengan Allah yang kekal yang menjamin hidup kita adalah hidup yang kekal. Ada kelimpahan kenikmatan dan kepuasan di dalam menikmati Roti Hidup, yaitu peribadi Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan tubuhNya untuk menjadi korban penebus dosa-dosa kita dan membawa kita kepada hidup yang kekal.

Berbahagialah orang-orang yang mendapatkan anugerah Roti Hidup. Percayalah kepadaNya dan nikmatilah Dia dalam segala kelimpahan.

Wednesday, April 18, 2007

Oikoumene: Kebaikan dan Kekurangan

Perpecahan sepertinya menjadi suatu hal yang dianggap lumrah di dalam kekristenan, apalagi di abad ke 19 sampai saat ini. Meskipun seringkali terjadi pergumulan dan kebencian yang besar, tetapi perpecahan terjadi terus di dalam gereja dan lembaga pelayanan lainnya. Bahkan sebagian orang melegalkan perpecahan dengan alasan kebenaran yang dilihat sudah dibelokkan (biasanya hanya sepihak, meskipun ada juga yang bisa melihat big picture). Bahkan ada yang sengaja ingin memecah suatu gereja ataupun suatu persekutuan dengan alasan bahwa gereja/persekutuan itu tidak melakukan lagi kebenaran sehingga harus dibentuk lagi yang baru yang dianggap lebih benar. Inikah yang dinginkan oleh Tuhan Yesus.
Di lain pihak ada gerakan yang ingin mempersatukan gereja2 dan persekutuan yang ada dengan tidak memperhatikan perbedaan yang ada secara doktrinal, yang penting bisa bersatu. Inikah juga yang dinginkan oleh Tuhan Yesus dalam doaNya?

20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Yoh 17:20-21


Supaya mereka menjadi Satu
Orang-orang yang terlibat dalam gerakan Oikumene seringkali menafsirkan bagian ini sebagai dasar persatuan yang dinginkan oleh Tuhan Yesus. Sayang sekali yang dilihat seringkali yang lebih penting adalah kesatuan secara organisasi. Kesatuan ini dianggap bisa tercapai jika atribut dari setiap gereja atau golongan dan bahkan doktrin2nya dicopot dan dilebur dalam satu atribut, yaitu Oikoumene. Ataupun bisa membawa semua doktrin tapi dilebur menjadi suatu campuran yang bisa diterima oleh semuanya. Tapi, apakah betul kesatuan seperti ini yang dinginkan oleh Tuhan Yesus? Bukankah kesatuan yang menjadi contoh adalah kesatuan antara Tuhan Yesus dan Allah Bapa?

Sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita
Kesatuan antara Allah Bapa dan Allah Anak bukanlah kesatuan organisasi, tetapi kesatuan rohani. Kesatuan ini adalah kesatuan di dalam keberadaan (being), tetapi tidak menghilangkan keunikan pribadi. Kemudian orang-orang percaya dipersatukan di dalam Allah Tritunggal. Suatu ikatan rohani yang bukan berdasarkan pada orang-orang percaya berada dalam satu organisasi, tetapi suatu kesatuan yang dimulai dari percaya kepada Kristus, dibenarkan dan diangkat menjadi anak-anak Allah. Orang percaya secara otomatis sudah berada di dalam satu kesatuan dengan Allah dan sesama orang percaya di dalam gereja yang tidak kelihatan. Seperti apa kesatuan yang sudah dimiliki ini ditunjukkan? Apakah dengan membubarkan semua denominasi dan mengubahnya menjadi satu denominasi lagi seperti awal gereja?
Saya melihat seharusnya ada pengertian yang membuat orang percaya menyadari bahwa yang benar bukan hanya gereja lokalnya sendiri (yang masih berdosa dan tidak sempurna) dan hanya memikirkan gerejanya sendiri, tetapi juga melihat kumpulan orang percaya yang berada di gereja lokal yang lain yang sebenarnya sudah berada di dalam satu kesatuan orang percaya. Belajar untuk saling mengerti dan melihat kesatuan yang sudah ada bisa dilakukan dengan kerjasama, saling membantu. Masing-masing melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing, sesudah itu menawarkan kelebihannya untuk membantu yang kekurangan. Sebaliknya melihat yang lebih untuk membantu kekurangannya (masih adakah gereja/lembaga pelayanan yang memiliki kerendahan hati seperti ini). Sama seperti konsep Paulus di dalam Tubuh Kristus. Artinya, justru bukan membuang segala keunikan dan perbedaan.
Mengapa tidak menghilangkan keunikan masing-masing? Ada kecenderungan bahwa suatu denominasi tertentu ingin menjadikan semua denominasi mirip dan sama dengan denominasinya, karena dianggap paling mendekati kebenaran. Padahal yang paling mendekati kebenaran ternyata tidak semuanya benar, tetap ada kelemahan yang harus belajar dan butuh bantuan dari gereja lokal yang lain. Harusnya belajar dari kesatuan Allah Bapa dan Allah Anak. Sudah sempurna tetapi tetap kerja sama dan tetaplah pribadi yang berbeda dan memiliki keunikan masing-masing, maka seharusnya kumpulan orang percaya dalam satu kesatuan tidak menjadi orang-orang yang seragam dan mirip semuanya. Keunikan masing-masing tidak boleh hilang, tetapi keunikan itu harus dipimpin oleh kebenaran. Bukan berarti terima semua keunikan dari setiap gereja lokal bahkan doktrin yang salah, melainkan terima semua keunikan yang sesuai dengan kebenaran firman dan pimpinan Roh Kudus.
Pertanyaan yang biasa ditanyakan, siapa yang menentukan bahwa keunikan itu sesuai kebenaran atau tidak? Jawabannya, Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Kalau sama-sama hidup dipimpin oleh firman dan Roh Kudus, apakah sama-sama tidak bisa melihat kebenaran?

Persekutuan Oikoumene: Kelebihan dan kekurangan
Sejak abad 20 menjamur berbagai macam persekutuan Oikoumene. Baik itu di dalam kehidupan mahasiswa, siswa dan bahkan di dalam perusahaan-perusahan. Apa kelebihan dan kekurangannya?
Kelebihan. Persekutuan Oikoumene menjadi tempat yang sangat baik untuk menunjukkan kesatuan yang sudah terjadi antara orang percaya di dalam Allah Tritunggal. Persekutuan seperti ini juga menjadi tempat pembelajaran seperti apa gereja yang am yang tidak membedakan kasta, ras, suku, golongan dan pengetahuan firman yang berbeda. Suatu pembelajaran untuk bersiap menerima keadaan gereja di surga.
Bahkan ada kesempatan untuk sama-sama belajar kebenaran dengan menjunjung kebenaran firman, dan bahkan bisa melihat dan membandingkan berbagai macam penafsiran dari berbagai golongan/denominasi (tentu saja bisa mendapatkan kelimpahan firman ataupun juga kelimpahan ajaran sesat).
Kekurangan. Hampir semua Persekutuan Oikoumene terlepas dari gereja dan tidak ada hubungan dengan gereja lokal lagi, kecuali untuk pelayan-pelayan firman yang dibutuhkan. Banyak yang hanya terlibat dalam persekutuan ini dan tidak ingin berbagian di dalam gereja. Itu sebabnya gereja lokal justru makin kehilangan orang-orang yang berpotensi. Selain itu, yang berbahaya sebenarnya karena persekutuan2 seperti ini muncul dari kekurangan gereja untuk melakukan pelayanan, maka biasanya persekutuan Oikoumene seringkali merasa berada di atas gereja lokal dan seringkali menjelek-jelekan gereja. Tetapi, yang paling berbahaya adalah ketika hanya kesatuan organisasi yang ditekankan dan perlahan-lahan menyingkirkan kebenaran. Bukannya makin menggali kebenaran dan melihat segala kelimpahannya, biasanya yang terjadi makin lama makin ringan dan menyingkirkan kebenaran, yang penting masih bisa bersatu. Dan bahkan ada ajaran2 yang tidak beres yang mengambil kesempatan untuk menguasai di persekutuan-persekutuan itu.
Apakah ini berarti bahwa persekutuan Oikoumene harus dibubarkan? Saya melihat justru tetap harus dipertahankan, tetapi harus mentransformasi pengertian Oikoumene sehingga bisa menggali segala kelebihannya dan menghindarkan kekuarangan-kekurangan yang ada. Artinya, perlu kerjasama dengan beberapa gereja lokal yang betul-betul komitmen dengan kebenaran firman dan bisa belajar sekaligus perpanjangan gereja untuk menjangkau yang tidak bisa dijangkau oleh gereja lokal.

Supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku
Sebenarnya perpecahan seringkali memberikan andil yang cukup besar sebagai batu sandungan untuk orang-orang percaya kepada Kristus. Meskipun kita melihat juga dari sisi kedaulatan Allah bahwa Allah yang berdaulat untuk menyelamatkan. Sayang sekali bahwa gereja-gereja lokal dan lembaga-lembaga pelayanan tidak bisa melihat kesatuan yang bisa menyaksikan Kristus kepada dunia yang berdosa.
Semoga baik gereja-gereja lokal dan lembaga-lembaga pelayanan masih memiliki kerendahan hati untuk melihat kesatuan rohani yang sudah terjadi, tetapi masih perlu ditunjukkan kepada dunia yang tidak mengerti.

Thursday, April 12, 2007

Lagi dalami apa?

Kemarin pergi ke rumah duka. Orangtua dari seorang teman penginjil meninggal dunia. Siangnya ketemu dengan mantan dosen, sekaligus dekan di seminary dulu. Kemudian sang dosen berbicara dengan teman yang lagi berduka. Sesudah basa-basi, tanya mengapa meninggal, sang teman tidak melewatkan kesempatan untuk diskusi teologi dan filsafat. Memang agak lain hidup dari seorang penginjil yang suka belajar. Padahal dua bulan sebelumnya papanya meninggal, kemudian mamanya meninggal. Di tengah kedukaan, dia tidak melewatkan kesempatan untuk belajar dari sang dosen yang memang paling banyak mempengaruhi pemikirannya di awal-awal belajar teologi dan filsafat. Kami duduk berempat di dalam satu lingkaran, dan sang penginjil dan dosen asyik ngobrol tentang beberapa hal dan beberapa nama tokoh2 terkenal disebutkan, sambil sang dosen share bagaimana dia mendalaminya. Sampai kemudian tiba-tiba sang dosen berpaling ke saya dan bertanya, "Ronald, lagi dalami apa?" Saya dengan gampangnya menjawab, "saya yang cetek2 aja yg bisa aplikatif." Ditanggapi sama sang dosen,"Seringkali orang yang sudah berpikir dalam sulit untuk aplikasi!" Saya kemudian mengatakan kepada sang dosen bahwa sedalam apapun yang saya dalami sepertinya tetap cetek dibandingkan dengan kedalaman sang dosen. Dia ketawa dan mungkin melupakan percakapan kita, tapi saya masih terus memikirkannya.

18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Efesus 3:18-19

Ayat ini adalah harapan Rasul Paulus bagi jemaat Efesus bersama-sama dengan semua orang kudus untuk sanggup memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya, serta mengenal yang melampaui segala pengetahuan dan hikmat yaitu Kasih Allah. Paulus berharap kita bisa dipenuhi dengan segala kepenuhan Allah. Maka, meskipun sudah berkali-kali berbicara tentang Kasih Allah, sepertinya masih terlalu jauh dan terlalu cetek untuk bisa melihat kedalamannya. Keinginan sekarang ini masih ingin lebih memahami dan mendalami tentang Kasih Allah di dalam seluruh kepenuhan Allah. Seperti apa itu? Sulit dilukiskan dan dijelaskan, tapi bisa dialami dan dirasakan oleh orang-orang percaya. Saat diselamatkan, dalam kehidupan sehari-hari, di dalam melihat jalan-jalan Tuhan. Sesungguhnya kita bisa merasakan dan mengalami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah.
Jadi ingat satu lagu yang berbicara tentang kasih Allah. Ditulis oleh Fred­er­ick M. Leh­man pada tahun 1917.

The love of God is greater far
Than tongue or pen can ever tell;
It goes beyond the highest star,
And reaches to the lowest hell;
The guilty pair, bowed down with care,
God gave His Son to win;
His erring child He reconciled,
And pardoned from his sin.

Refrain
O love of God, how rich and pure!
How measureless and strong!
It shall forevermore endure
The saints’ and angels’ song.

When years of time shall pass away,
And earthly thrones and kingdoms fall,
When men, who here refuse to pray,
On rocks and hills and mountains call,
God’s love so sure, shall still endure,
All measureless and strong;
Redeeming grace to Adam’s race—
The saints’ and angels’ song.

Could we with ink the ocean fill,
And were the skies of parchment made,
Were every stalk on earth a quill,
And every man a scribe by trade,
To write the love of God above,
Would drain the ocean dry.
Nor could the scroll contain the whole,
Though stretched from sky to sky.


Mau denger, nyanyi atau download mp3 lagu ini? KLIK DI SINI

Banyak orang sudah bicara tentang kasih Allah, tapi kasih Allah tidak pernah habis-habisnya dibicarakan, bahkan semakin dibicarakan, semakin dirasakan bahwa semakin perlu dibicarakan kembali. Bahkan cerita tentang kasih Allah yang sederhana bisa mengubah orang-orang yang merasa dirinya sudah besar.
Dwight L. Moody menyelesaikan kebaktian kebangunan rohaninya di Birmingham, England. Waktu orang-orang mengucapkan selamat jalan kepada Moody yang akan kembali ke Amerika, seorang muda dalam jemaat itu ikut memberi ucapan selamat jalan kepada Dwight L. Moody, dan nama anak muda itu adalah Harry Morehouse.
Ia berkata kepada D. L. Moody, “Saya akan datang ke Amerika. Dan ketika saya sampai di sana, saya akan berkhotbah untuk Anda.” Pada umumnya tidak ada orang yang menyodorkan diri sendiri untuk berkhotbah. Biasanya seseorang berkhotbah oleh karena ada yang mengundangnya. Lalu Moody menjawab dengan bijaksana, “Yah, ketika Anda tiba di Amerika, hubungi kami. Kami akan menerima Anda dengan senang hati.”
Kira-kira enam bulan kemudian, ketika D.L. Moody ada di Chicago, ia menerima telepon dari Harry Morehouse yang ada di New York. Harry berkata kepada Moody, “Saya telah tiba di Amerika. Saya ada di New York. Saya ingin berada di Chicago pada hari Rabu dan saya ingin berkhotbah untuk Anda Rabu malam.”
Ketiba Rabu tiba, Moody harus pergi keluar kota, namun ia telah meninggalkan pesan, “Ada anak muda yang akan datang kemari yang bernama Harry Morehouse. Ia berasal dari Birmingham, England. Berilah kesempatan kepadanya untuk berbicara beberapa patah kata saja.”
Apa yang terjadi kemudian? Harry berkhotbah dari Yohanes 3:16. Dan di bagian akhir kebaktian Ia menantang orang-orang untuk percaya kepada Kristus, dan kira-kira ada sepuluh orang diselamatkan. Kemudian para diaken berkata kepada anak muda itu, “Besok malam atau Kamis malam kami ada kebaktian, dan Anda yang akan menyampaikan Firman Tuhan lagi.” Kamis malam anak muda itu kembali menyampaikan Firman Tuhan dari teks yang sama. Dan kira-kira ada lima belas orang diselamatkan. Mereka berkata lagi, “Jum’at malam kami ada kebaktian lagi. Dan Anda yang akan menyampaikan Firman Tuhan kembali.” Anak muda itu menyampaikan Firman Tuhan dari teks yang sama: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.” Kira-kira ada dua puluh orang diselamatkan.
Selesai kebaktian mereka berkata, “Sabtu malam, kami juga ada kebaktian lagi, dan kami minta Anda menyampaikan Firman Tuhan kembali.” Sabtu itu, D.L. Moody kembali ke Chicago. Dan istrinya berkata kepadanya, “Sayang, kita sedang berada di tengah kebangunan rohani yang luar biasa, kebangunan rohani yang ajaib. Banyak orang berubah dan bertobat.” Dan istinya melanjutkan, “Ketika kamu menghadiri kebaktian itu, pasti kami akan bertobat.” Moody menentangnya, dan berkata, “Saya telah berkhotbah lebih dari dua puluh tahun. Dan kamu katakan saya akan bertobat?”
“Ya,” kata isterinya. “Kamu akan melihatnya sendiri.”
Ketika ia datang dalam kebaktian Sabtu malam itu, ia duduk paling depan. Ia duduk di sana dengan sikap meremehkan anak muda itu. Namun ketika anak muda itu menyampaikan khotbahnya, kira-kira ada tiga puluh orang yang bertobat. Anak muda itu secara terus menerus berkhotbah dari ayat yang sama setiap malam di gereja itu selama enam minggu berturut-turut dan kebangunan rohani terjadi.
Ketika pelayanan itu berakhir, Moody berkata, “Istriku benar. Saya telah diubahkannya.” Ia berkata, “Selama ini saya berkhotbah dari sisi Sinai. Berkhotbah tentang Neraka, penghukuman dan api dan kilat dan guntur. Namun,” katanya, “Saya telah berubah. Saya telah bertobat. Saya mulai sekarang akan mengkhotbahkan sisi yang lain, yaitu tentang kasih Allah, dan darah Yesus serta pencurahan kasih Roh Kudus.”

Saya tidak ingin mengikuti Moody, bagi saya dua sisi: keadilan dan kasih Allah harus dikotbahkan. Tetapi harus diakui bahwa keadilan tidak sebanding dengan kasih Allah. Memang kasih Allah lebih bisa dimengerti dengan melihat kepada keadilan Allah. Tanpa keadilan Allah, kasih akan terlihat sebagai kasih murahan. Meskipun demikian, kasih Allah masih terlu dalam dan terlalu ajaib. Banyak orang yang sudah membicarakannya, tapi apa artinya bagi saya secara pribadi? Seberapa dalam pengenalan saya terhadap kasih Allah?
Suatu hari kalau bertemu lagi dengan sang dosen dan kalau pertanyaannya lagi dalami apa? Dengan mantap akan saya jawab, "Kasih Allah"

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Wednesday, April 4, 2007

Sudahkah Selesai?

Menjelang Jumat Agung dan Paskah, biasanya kita terus diingatkan kembali bagaimana penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus untuk menebus dosa-dosa kita. Semua orang percaya mengerti bahwa Kristus sudah menyelesaikan semua dosa kita dan kita bersyukur atas semuanya itu.
Tetapi, tetap saja banyak pengertian yang salah terhadap penebusan yang dilakukan oleh Kristus. Dan masih banyak pertanyaan yang muncul, kalau Kristus sudah menyelesaikan dosa-dosa saya, kenapa saya masih berbuat dosa? Dosa yang mana yang ditebus oleh Kristus? kalau semua dosa saya sudah diampuni, mengapa saya masih harus berkali-kali minta ampun terhadap dosa-dosa yang masih dilakukan? Apakah betul semuanya sudah selesai di atas kayu salib?

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:30

Sudah selesai di dalam bahasa Yunaninya adalah tetelestai, dari akar kata teleo. Kata teleo berarti saya melepaskan kehendak pribadi untuk menyelesaikan satu tugas yang dibebankan. Sedangkan kata tetelestai adalah kata kerja indikatif perfect passive. Yang seharusnya diterjemahkan bahwa kehendak sudah diambil dan tugas yang dibebankan sudah diselesaikan dan digenapi. Dan mempunyai akibat yang terus-menerus sampai sekarang ini (karena nuansa dari kata kerja perfect).
Dari pengertian kata tetelestai, maka seharusnya kita bisa melihat tentang ada pergumulan dalam kehendak pribadi sebelum peristiwa penebusan, dan ada tugas yang dibebankan yang harus diselesaikan.
Seharusnya kita balik lagi ke Taman Getsemani, ketika Tuhan Yesus bergumul antara kehendakNya dengan kehendak Bapa. Tuhan Yesus kemudian melepaskan kehendakNya dan masuk di dalam kehendak Bapa. Mengapa Tuhan Yesus juga bergumul dengan masalah kehendakNya? Bukankah Ia adalah Allah dan manusia yang tidak berdosa seharusnya kehendakNya sesuai dengan kehendak Bapa? Agak mirip dengan penafsiran2 yang lain, sepertinya Ia sedang mengalami pencobaan. Dan tentu saja untuk mengajarkan bagaimana seharusnya bergumul di dalam melakukan kehendak Allah. Banyak orang percaya yang merasa sudah mengerti pergumulan ini, tetapi dalam prakteknya sulit untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Terlalu banyak keinginan dan kehendak kita yang ingin kita lakukan dan berharap disetujui oleh Tuhan; terlalu sulit untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan melalui firman; dan terlalu kurang iman untuk melakukan prinsip-prinsip yang dibukakan melalui firman. Sepertinya kita selalu merasa tidak sanggup untuk melakukan semuanya itu. Padahal justru ketidaksanggupan kita yang menjadi alasan kenapa kita bisa hidup dan bertahan sampai saat ini. Apa kita sanggup? Bukankah justru karena ada anugerah Tuhan!
Apakah semua kehendak kita pasti salah dan bertentangan dengan kehendak Allah? Mengapa kita harus meninggalkan apa yang menjadi kehendak dan keinginan kita? Tidak tentu semua keinginan dan kehendak kita pasti bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi kita harus mengerti dan menyadari bahwa kita asalnya adalah orang berdosa dan buta di dalam kegelapan dosa. Jaminan apa yang bisa menegaskan bahwa kehendak kita lebih banyak sesuai dengan kehendak Allah? Secara logika, pasti lebih banyak tidak berkenan dihadapan Allah. Kita bisa mengerti akan hal ini kalau kita melihat kepada firman. Kita akan menemukan bahwa terlalu banyak keinginan dan kehendak kita sangat jauh dari apa yang menjadi kehendak Allah. Apalagi ditambah dengan pencobaan2 dari Iblis, dunia dan keinginan hati kita yang tentu saja ingin melawan kehendak Allah. Maka hidup ini adalah perubahan dari kehendak-kehendak kita yang harus dibersihkan dan dilepaskan untuk bisa melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Semakin kita dibersihkan dari kehendak kita yang menyimpang, semakin jelas kita melihat kehendak Allah dan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah bagi kita untuk menggenapinya.
Tuhan Yesus sudah menyelesaikan tugasNya di dunia. Dan Ia memuliakan Bapa dengan tugas yang dikerjakanNya. Ia sudah menyelesaikan tugas untuk menebus dosa-dosa orang pilihan dengan menderita dan mati di atas kayu salib. Semua dosa orang pilihan, sampai yang belum dilakukan sekalipun sudah ditebus dan dibereskan. Tidak ada hutang lagi! Tidak perlu lagi ada domba yang dikorbankan, karena Anak Domba Allah sudah menggenapinya. Tidak perlu lagi Imam untuk datang kepada Allah mewakili kita, karena kita mempunyai Imam Maha Besar dan kita juga berfungsi kembali sebagai imam.
Kalau semua dosa kita sudah dibereskan, kenapa kita masih berbuat dosa? Karena dari sisi Allah melihat kita, semuanya sudah beres, kita bukan orang berdosa lagi. Tetapi dari sisi kita berespon kepada Allah, ternyata belum selesai. Meskipun Kristus sudah mati untuk kita sebelum kita lahir, tetapi keselamatan dan penebusan dosa itu berlaku saat kita diselamatkan dan doa minta pengampunan yang harus kita panjatkan sampai kita bertemu dengan Allah, dimana kita menjadi sempurna. Kita masih di dalam waktu, ada proses perubahan dari orang berdosa menjadi orang yang kudus sepenuhnya. Di satu sisi kita sudah dikuduskan melalui Kristus, tetapi di sisi yang lain kita masih perlu dikuduskan untuk sesuai dengan status kita yang sudah dikuduskan. Itu sebabnya dalam bahasa Yunani tetelestai memakai kata kerja dalam bentuk perfect. Hanya terjadi satu kali dan sudah selesai, tetapi berdampak terus-menerus sampai sekarang. Ada yang already dan ada yang not yet.
Maka pertanyaan bagi kita, apakah dalam hidup kita menggenapkan apa yang sudah dikerjakan Kristus bagi hidup kita? Apakah kita menunjukkan bahwa hidup kita ini adalah hidup yang terus dikuduskan dan terus terjadi perubahan yang lebih baik untuk menggenapkan kehendak Allah? Hal-hal apa yang seharusnya sudah ditinggalkan dan dibereskan untuk melakukan kehendak Allah yang lain lagi yang sudah disiapkan bagi kita? Banyak orang terlalu mencintai masa lalu dan tidak ingin beranjak kepada masa depan yang sejati. Kalau masa lalu yang dilihat adalah apa yang dilakukan oleh Kristus untuk hidup kita, maka yang kita lihat adalah masa depan. Tetapi, kalau masa lalu yang kita lihat hanyalah keberdosaan, kehendak dan keinginan kita yang terus bertentangan dengan kehendak Allah, maka kita sedang menyia-nyiakan hidup ini. Mata kita seharusnya memandang kepada Kristus yang sudah menyelesaikannya (past) dan memandang kepada Kristus yang pasti akan menyempurnakannya (future).
Tetelestai juga seharusnya menjadi jaminan bagi orang percaya bahwa ada kemenangan di dalam peperangan dengan dosa. Kristus sudah menyelesaikan semuanya, kita diajak untuk melihat penggenapan apa yang dilakukan oleh Kristus di dalam hidup kita. Peperangan yang sudah dimenangkan oleh Kristus, yang kuasaNya menyertai kita untuk menang dalam peperangan dan menyelesaikan tugas kita. Sudahkah kita melihat kuasa Kristus bekerja di dalam hidup kita? Kuasa yang membuat kita menang dalam peperangan melawan dosa, kuasa yang membuat kita bersyukur bahwa Kristus sudah menyelesaikannya.
Mari kita bersyukur untuk apa yang sudah Kristus selesaikan dan kita hidup di dalam anugerah itu, melihat perubahan yang terus terjadi di dalam hidup kita dan bersiap menuju kesempurnaan. Meninggalkan apa yang harus kita lepaskan dan tinggalkan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita, menyelesaikannya untuk kemuliaan Allah.

Sunday, April 1, 2007

Were we the reason?

We were the reason
That He gave His life
We were the reason
That He suffered and died
To a world that was lost
He gave all He could give
To show us the reason to live

Apakah betul bahwa hanya kita yang menjadi alasan kematian Kristus? Apakah kita yang menjadi alasan utama dan yang menjadi tujuan penderitaan dan kematian Kristus? Sebegitu pentingkah manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, menderita dan mati? Pertanyaan-pertanyaan ini terus terpikirkan setiap kali mendekati minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Yoh 17:4

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
2 Kor 5:15


Dari Yoh 17:1,4, ada jawaban dari pertanyaan2 di atas. Yesus Kristus datang ke dunia, menderita, mati dan bangkit untuk mempermuliakan Bapa. Hal ini yang menjadi alasan utama mengapa Kristus datang dan mati bagi orang-orang pilihan. Kristus mempermuliakan Bapa dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa untuk dilakukanNya, yaitu menderita, mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa orang pilihan.
Maka kalau hanya kita disebut sebagai alasan kematian Kristus, sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Alasan utamanya adalah kemuliaan Bapa. Semua manusia berdosa, tetapi tidak semua manusia ditebus. Artinya, bukan kita yang menjadi alasan utama.
Apa bedanya kalau kita hanya berpikir bahwa kita yang menjadi alasan dan memikirkan kemuliaan Bapa yang menjadi alasan?
Kalau hanya memikirkan bahwa diri kita yang menjadi alasan kematian Kristus, maka kita mungkin akan merasa sedih dan terharu, karena kita yang berdosa ini dianggap begitu berharga sampai Pencipta mau menderita dan mati bagi kita. Mungkin selanjutnya, akan bertanya apa yang menjadi respon kita. Kemungkinan besar kebanyakan orang hanya akan berhenti sampai di dalam kemuliaan dan keberhargaan diri sendiri.
Tapi, kalau kita melihat bahwa kemuliaan Bapa yang menjadi alasan utama Kristus menderita dan mati bagi kita, maka kita tidak hanya berhenti di dalam melihat betapa berharga dan mulianya diri kita. Melainkan kita akan memuliakan Bapa dan melihat pekerjaan Bapa yang harus diselesaikan. Kita akan menjadi serupa Kristus, meneladani Kristus yang menyelesaikan pekerjaanNya supaya Bapa dipermuliakan di bumi ini. Perbedaan pengertian ini kelihatan sederhana. Tetapi sebenarnya berdampak yang besar kepada orang-orang percaya.
Orang-orang yang hanya melihat Kristus mati baginya, kemungkinan besar hanya akan melihat dirinya sendiri yang menjadi pusat. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap memuliakan Kristus dan ingin hidup berkorban bagi Kristus yang dianggap sudah membuat hidupnya menjadi berharga. Tetapi seringkali mengalami kesulitan ketika berhadapan penderitaan dan permasalahan. Kalau Kristus sudah mati bagi saya, menanggung penderitaan saya, mengapa saya masih menderita dan mengalami kesulitan seperti ini?
Sedangkan orang-orang yang mengerti kemuliaan Bapa yang menjadi pusat dan alasannya, akan melihat bahwa kemuliaan Bapa yang lebih penting dibandingkan dengan penderitaan diri sendiri. Selama Bapa dimuliakan, maka penderitaan bukanlah sesuatu yang terlalu sulit untuk ditanggung. Kristus sudah menderita untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa, mengapa kita juga tidak mengalami hal yang sama. Rasul Paulus mengerti akan hal ini, seperti yang dituliskannya di dalam Kol 1:24. Ia bersukacita saat bisa menderita bagi jemaat Kolose untuk menggenapkan penderitaan Kristus di dalam dirinya.
Bagaimana dengan kita, apakah kita melihat penderitaan dan kematian Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa dan memuliakan Bapa? Apakah hidup kitapun adalah hidup untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa bagi kita?
Rasul Paulus di dalam 2 Kor 5:15 kemudian menjelaskan arti dari kematian dan kebangkitan Kristus bagi orang-orang yang sudah mati dan bangkit dengan Kristus. Ternyata orang-orang yang ditebus oleh Kristus bukan hanya berhenti di dalam ucapan syukur karena sudah ditebus. Tetapi ada perubahan di dalam kehidupan dari orang-orang yang ditebus. Kalau dulu hanya hidup bagi diri, dosa, benda-benda mati dan kematian itu sendiri, maka sekarang seharusnya kita hidup bagi Kristus. Ada perubahan total di dalam kehidupan orang-orang percaya. Hidup yang bukan lagi berpusat bagi diri sendiri dan hanya untuk diri sendiri. Melainkan hidup yang sepenuhnya bagi Penebus yang sudah menebus kita. Artinya, He is the reason.
Jadi, kita bisa melihat bahwa penderitaan dan kematian Kristus dasarnya adalah kemuliaan Bapa dan tujuannya adalah hidup bagi Dia. Bagaimana dengan manusia? Were we the reason? Ya, kita yang membuat Kristus menderita dan mati, tetapi bukan kita yang menjadi alasan dan tujuan dari semuanya. Kristus harus menderita dan mati menebus kita, demi kemuliaan Bapa yang pekerjaanNya harus diselesaikan. Membuat kita yang sudah ditebus itu hidup bagi Dia, memuliakan Allah dengan menyelesaikan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan bagi kita.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10

Wednesday, March 28, 2007

Pengalaman Neraka

Pengalaman berada di dalama neraka pastilah tidak enak. Banyak orang yang tidak percaya kepada Allah justru menyukai neraka, karena berpikir bahwa mereka bebas melakukan dosa-dosa yang mereka sukai. Mereka tidak bisa melihat penderitaan dan kesulitan yang akan dialami di dalam api neraka. Konsep tentang dosa dan murka Allah tidak ada di dalam pikiran orang-orang seperti itu. Kalau di dalam dunia ini, perbuatan yang salah dihukum dan bahkan di penjara dengan segala keterbatasan, mungkinkah di dalam neraka orang-orang berdosa akan mendapatkan segala keinginannya? Apakah mereka bisa bebas berbuat dosa? Apakah mereka menganggap sepi murka Allah dan api neraka yang harus ditanggung? Seharusnya pengalaman neraka di atas kayu salib bisa dimengerti oleh mereka.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci :"Aku haus!"
Yoh 19:28

Membaca dan membayangkan kalimat Tuhan Yesus yang berkata tentang rasa hausNya, sebagian berpikir bahwa Tuhan Yesus kekurangan cairan. Berjam-jam di salib, sesudah dianiaya selama berjam-jam, memang seharusnya terjadi dehidrasi. Tetapi rasa haus ini seharusnya adalah rasa haus yang berbeda. Tuhan Yesus tidak secengeng itu, setelah melewati penderitaan dan penganiayaan yang tiada taranya, apakah mungkin Ia berubah menjadi cengeng dan minta minum?

Selain itu sebagian juga melihat bahwa kalimatNya hanya untuk menggenapkan nubuat yang ada di dalam Perjanjian Lama. Memang benar kalimat itu adalah penggenapan dari Mazmur 69:22 (ay.21 dlm versi bhs Inggris). Pertanyaannya, apa hubungannya dengan penyaliban Kristus? Hanya sekedar penggenapan dan tidak ada arti sama sekali dengan rencana penebusan?

Saya mencoba menafsirkan dengan cara berbeda, selain berbicara tentang penggenapan nubuat PL (meskipun mungkin bisa jatuh ke dalam alegoris).

Hausnya Tuhan Yesus adalah haus yang berbeda dengan haus yang biasa dialami oleh orang-orang yang disalib. HausNya disebabkan karena meminum cawan murka Allah. Lho? Minum , ko haus? Karena cawan murka Allah yang diminum adalah sebagian dari neraka. Saya membayangkan bahwa bagian orang-orang pilihan yang harus ditanggung di dalam neraka, itulah yang ditanggung dan diminum oleh Tuhan Yesus. bayangkan api neraka yang harus diminum dan ditanggungNya. Ini merupakan pengalaman neraka yang tiada taranya, membuat Tuhan Yesus seharusnya mengalami kehausan yang tiada taranya juga. Kita bisa membandingkannya dengan pengalaman orang kaya di dalam cerita orang kaya dan Lazarus (Luk 16:24). Orang kaya yang berada di dalam neraka meminta kepada Abraham agar menyuruh Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan memberikan kepadanya. Kehausan seperti apa yang dialami orang kaya itu di dalam nyala api itu? Kristus mengalaminya berkali-kali lipat.

Kalimat "Aku Haus" juga mengingatkan kita apa yang akan terjadi terhadap orang-orang yang melawan Allah. Kalimat itu akan menjadi teriakan mereka selama-lamanya. saat mereka harus menanggung dosa-dosa mereka sendiri di dalam api neraka.
Mengingatkan kita juga, bahwa ada banyak orang pilihan yang masih hidup dalam dosa, sedang berada dalam kehausan. Kita sekarang tidak berada di dalam kehausan itu lagi. Kristus sudah menanggungnya untuk kita, seharusnya kita juga membawa sang Air Hidup yang bukan hanya menanggung kehausan kita, tetapi juga memberikan jaminan Air Hidup yang kekal yang memuaskan hidup kita sampai selama-lamanya.

Apakah Anda termasuk orang yang berada di dalam kehausan? Belajarlah dari perempuan Samaria yang merasa mempunyai air, tetapi sesungguhnya kehausan. Sampai bertemu dengan Tuhan Yesus yang adalah Air Hidup, maka ia bisa dipuaskan.

Thursday, March 22, 2007

The Family Connection

Ada satu tokoh yang dianggap oleh sebagian orang Kristen sebagai tokoh yang sangat penting di dalam hidup Yesus Kristus, yaitu ibunya, Maria. Tokoh yang dianggap begitu penting sampai ada yang memuja, berdoa (dianggap sebagai koneksi terdekat Tuhan Yesus) dan bahkan ada yang menyembahnya. Yang tidak menganggap sepenting itupun tetap memakai nama Maria untuk anaknya. Maka, mungkin salah satu nama wanita yang paling pasaran adalah nama Maria!?
Maria adalah perawan yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama untuk melahirkan seorang Messias. Ia dipilih. dan dianggap paling berbahagia di antara para wanita. Bagaimana hubungan antara sang Ibu dengan Yesus Kristus pada saat di salib? Adakah seperti yang dipikirkan oleh orang-orang yang menyembahnya? Bagaimana Tuhan Yesus melihat posisi keluargaNya di dalam keadaan seperti itu?

26 When Jesus saw his mother and the disciple whom he loved standing nearby, he said to his mother, "Woman, behold, your son!" 27 Then he said to the disciple, "Behold, your mother!" And from that hour the disciple took her to his own home.
John 19:26-27 ESV

Ketika Tuhan Yesus melihat ibuNya, Ia justru tidak memanggil sebagai 'Ibu'. Tetapi memakai kata 'wanita'. Mengapa? Sepertinya ada jarak, ada suatu relasi yang harus terpisah. Maria adalah ibuNya, tetapi itu hanya selama di dunia. Maria bukan ibu dari Tuhan Yesus untuk selama-lamanya. Itu sebabnya di atas kayu salib, sang Ibu hanyalah seorang wanita biasa yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan.
Meskipun secara relasi sudah berakhir dengan kematian Tuhan Yesus, tetapi secara tanggung-jawab, Tuhan Yesus tetap melihat cara untuk menolong ibuNya di dalam kesulitan. Maria mempunyai dua kesulitan.
Kesulitan yang pertama, Maria pertama bertemu dengan Malaikat yang menjelaskan bahwa ia akan melahirkan seorang Juruselamat, Anak Allah. Tetapi, kenyataan yang dilihat agak berbeda. Sang Anak yang tadinya sempat menjadi seorang Rabi yang terkenal dengan kuasa, mujizat dan pengajaranNya, ternyata malahan menderita, dihina, dan dihukum di atas kayu salib. Pasti banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran Maria, yang selalu menyimpan semuanya di dalam hatinya. Mengapa? Siapa yang akan memberi penjelasan dan menjawabnya?
Kesulitan yang kedua, untuk kebutuhan hidup sehari-hari Maria membutuhkan ada orang yang bisa membiayai hidupnya. Tuhan Yesus sebagai anak yang tertua yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini (ada kemungkinan Yusuf sudah meninggal, karena tidak pernah lagi disebutkan namanya dan adik-adik Tuhan Yesus mungkin juga tidak sanggup melakukannya). Siapa yang bisa membantu seorang wanita yang di dalam budaya orang Israel tidak mempunyai hak untuk warisan?
Maka ketika Tuhan Yesus mengatakan dua kalimat kepada Maria dan Yohanes, bukan Yohanes yang diserahkan kepada Maria, melainkan Yohanes diberikan tugas oleh Tuhan Yesus untuk membantu Maria dalam segala kesulitannya. Ini jelas sekali terlihat pada ay.27, "Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."
Yohanes yang harus memberikan penjelasa kepada Maria mengapa sang Mesias harus disalibkan (meskipun waktu itu Yohanes belum mengerti sepenuhnya). Tetapi itu yang menjadi tanggung jawab Yohanes, tanggung jawab rohani terhadap orangtua. Ada satu prinsip yang penting yang perlu dipelajari, sampai matipun Tuhan Yesus tetap bertanggungjawab terhadap kerohanian ibuNya. Banyak anak hanya melihat kebutuhan finansial dari orang tuanya dan biasanya melupakan tanggung jawab secara rohani. Bahwa orang tua bukan hanya membutuhkan uang saja, tetapi membutuhkan pertumubhan rohani, perhatian dan jawaban dari berbagai pergumulannya. Kepada siapa mereka harus menceritakan semuanya, kalau bukan kepada anaknya sendiri (selain kepada teman dan sahabat)?
Sesudah itu, baru tanggung jawab kedua, yaitu secara finansial. Anak bertanggungjawab terhadap orangtuanya bukan untuk membalas jasa. Sama seperti orangtua membesarkan anak bukan untuk mengharapkan jasa dan tidak perlu menuntut anak untuk membalas jasa-jasanya. Anak kalau bisa bertanggungjawab terhadap orangtua adalah anugerah Tuhan. Karena itu merupakan suatu kebahagiaan untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk orang yang kita kasihi dan mengasihi kita. Tanpa tuntutan sama sekali. Meskipun secara budaya, itu sudah dianggap lumrah kalau seorang anak berbakti kepada orangtuanya.
Dan Yohanes ternyata betul-betul menjalankan tugas yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Kis 1:14 menjelaskan bahwa Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus ikut bersama-sama dengan para murid bertekun dan bersehati dalam doa bersama-sama. Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus yang tadinya tidak mengerti semuanya ini, malahan sekarang berada di dalam kumpulan cikal-bakal jemaat mula-mula. Dalam perkembangan selanjutnya kita bisa melihat bahwa saudara Tuhan Yesus seperti Yakobus dan Yudas, ternyata berdampak sangat besar di dalam perkembangan jemaat mula-mula.
Banyak orang yang menafsirkan bahwa Tuhan Yesus seolah-olah dalam hidupNya mengajarkan untuk meninggalkan keluarga dan tidak memprioritaskan keluarga. Seorang pelayan, semakin giat melayani, seharusnya semakin melupakan keluarganya. Akibatnya banyak keluarga dari pendeta dan pelayan yang aktif ternyata berantakan dan memalukan. Di atas kayu salib Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga. Seharusnya di saat yang begitu genting dan penting, tidak perlu memikirkan keluarga. Karena saat itu justru sedang mendekati saat-saat murka Allah akan dicurahkan. Lebih baik konsentrasi kepada pelayanan yang begitu penting. Ternyata, Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga, tetapi di dalam porsi yang benar. Bukan dengan meninggikan ibuNya, melainkan menunjukkan relasi ibu-anak yang harus dilepaskan dan tanggung jawabnya terhadap keluarga yang akan dilanjutkan orang lain.
Kalau kita belajar dari Tuhan Yesus, kita akan terlepas dari dualisme keluarga dan pelayanan. Keduanya adalah bagian dari pelayanan. Adakah hidupmu sebagai orang percaya berdampak dalam keluargamu dan tetap bertanggung jawab terhadap keluarga?
Dalam hal ini, saya masih harus banyak belajar dan mempraktekkannya.

Friday, March 9, 2007

What's so special about Jesus?

6 Jesus said to him, "I am the way, and the truth, and the life. No one comes to the Father except through me.
John 14:6 ESV

Many Christians tell that they love Jesus, and Jesus has saved them. But, what does it mean? If people ask about Jesus, what would we tell about Him? What's so special about Jesus? Is He special because He has saved me? It means that I'm the special one and not the Savior. I'm the special one and I made Him special to me. That's it, isn't it? But, what about Jesus Himself? What's so special about Him? Let me share my opinion..
Banyak yang melihat keistimewaan Tuhan Yesus dalam hal perbuatan-perbuatanNya kepada kita. Bukan hanya keselamatan, tapi juga di dalam berkat-berkat yang terus diberikan dan bahkan di dalam mempergunakan namaNya. Apalagi kalau berhubungan dengan mujizat-mujizatNya, it's really special, isn't it? Yup, it's special. But, did Jesus come into this world, just to make some miracles and showed that He's special because of it??!
Kalau yang spesial dari Tuhan Yesus hanya di dalam hal-hal itu, maka banyak sekarang yang mengklaim bisa melakukan lebih baik dan lebih banyak mujizat daripada yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus (meskipun ada perbedaan kualitas di dalam mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan dilakukan oleh orang-orang lain). Kecuali, satu hal yang tidak bisa disamai, yaitu dalam keselamatan. Siapa yang bisa menebus dosa banyak orang? Hanya ada satu Pribadi yang pernah berkata, "Akulah Jalan itu (satu-satunya), dan kebenaran itu (satu-satunya kebenaran), dan hidup itu (sumber hidup)."
Tuhan Yesus menyatakan bahwa hanya diriNya adalah jalan kepada Bapa, berbeda dengan dunia yang mengajarkan banyak jalan kepada Allah dan keselamatan. Maka hanya ada dua pilihan. Percaya, atau tidak percaya kepada Yesus Kristus. Tidak bisa menerima bahwa Tuhan Yesus adalah salah satu jalan, karena itu akan bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus sendiri. Dengan kematian dan kebangkitanNya Tuhan Yesus membuktikan bahwa Dia-lah satu-satunya jalan yang memberikan jawaban atas seluruh pergumulan manusia akan keselamatan. Bukan dengan usaha manusia, tetapi Anugerah Tuhan Yesus. Silahkan manusia membuat jalannya sendiri dengan segala kebodohannya, yang akhirnya hanya berakhir dengan ketidakpastian. Hanya Yesus Kristus yang memberikan satu-satunya jalan yang pasti, yaitu diriNya sendiri.
Bukan hanya itu, Tetapi Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Dia-lah kebenaran itu sendiri. Yohanes menyebutNya, LOGOS, yaitu FIRMAN. Itu sebabnya kalau membaca Alkitab, dari awal sampai akhir berpusat pada karya dan diri Yesus Kristus. Dia yang membenarkan manusia, karena Dia-lah kebenaran. Hanya Dia-lah yang memberi kebenaran kepada manusia. Karena di dalam Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol 2:3). Artinya, di dalam dunia ini, kalau ada kebenaran, itu berasal dari Yesus Kristus dan akan kembali untuk Dia.
Melengkapi jalan dan kebenaran, maka Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah Hidup. Dia yang memberikan hidup kepada seluruh ciptaan dan keseluruhan hidup dari ciptaan bergantung kepada Yesus Kristus. Tetapi manusia tidak mengerti akan hal ini. Rasul Paulus mengerti dengan benar, sehingga ia mengatakan bahwa Hidup adalah Kristus. Sesungguhnya manusia sejak jatuh dalam dosa, maka manusia sudah mati, meskipun kelihatan masih hidup. Hanya Kristus yang sanggup membangkitkan kita dari kematian dan hidup bagi Allah, melalui salib yang menebus dosa, serta kematian dan kebangkitan Kristus. Berbahagialah orang-orang yang mengalami dan mengerti akan hal ini, karena itu artinya kita sudah dibangkitkan dari kematian. Mengapa Yesus Kristus bisa menebus dosa-dosa kita dan menghidupkan kita dari kematian? Apa yang spesial dari diriNya?
Maka, mari kita melihat hal yang spesial dari Tuhan Yesus. Mengutip pendapat dari Rektor saya waktu masih di Sekolah Teologi, beliau mengatakan ada 7 syarat Juruselamat.
1. Ia Allah sejati (Fil 2:6; Tit 2:13; Yoh 1:1)
2. Ia manusia sejati (2 Tim 2:8)
3. Tidak berdosa (2 Kor 5:21)
4. Mati, menggantikan hukuman umat manusia (Rom 5:7-8)
5. Bangkit dari kematian tanpa didoakan orang lain (Mark 16:9; 2 Tim 2:8)
6. Menggenapi tuntutan Tuhan Allah di dalam Taurat (Rom 8:3-4)
7. Diterima kembali Allah Bapa dan akan dikirim kembali untuk mengakhiri dunia yang berdosa, dan mengumpulkan orang beriman. (Kis 1:9-11; Kis 7:55-56; 2 Tes 2:1)

Siapa yang bisa melaksanakan 7 syarat di atas ? Hanya Yesus yang telah melaksanakan tuntutan tersebut. Untuk memenuhi tujuh syarat itu, Yesus yang adalah Allah menjadi manusia. Hanya satu pribadi yang adalah Allah dan manusia, yang bisa menyelamatkan umat manusia dari keberdosaannya. Mengapa?
Karena kalau hanya manusia yang ingin menyelamatkan dirinya sendiri, di mana ada manusia yang tidak berdosa? Usaha apapun yang dilakukan oleh manusia, tidak bisa membebaskan dirinya dari keberdosaannya. Lagipula, manusia bisa mati, tapi tidak bisa bangkit dan maut serta Iblis yang terus membuat manusia jatuh dalam dosa.
Kalau Allah sendiri yang menyelamatkan dan tidak menjadi manusia, maka Allah tidak bisa mati dan sejarah keselamatan akan berakhir dengan semua manusia masuk ke dalam neraka, karena Allah bertindak dengan adil dan menghukum kita semua untuk masuk ke dalam neraka. Banyak yang mungkin menolak pernyataan ini, karena berpikir bahwa Allah punya cara lain untuk keselamatan manusia tanpa melibatkan manusia. Masalahnya, Allah justru memilih cara yang ditunjukkan dalam Alkitab sebagai satu-satunya cara dan jalan, dan tentu saja yang hanya bisa digenapkan oleh Yesus Kristus. Tanpa usaha manusia (karena manusia memang tidak mampu), tetapi anugerah dari Allah yang menjadi manusia. Hal ini yang benar-benar spesial dan belum pernah dan tidak akan pernah terjadi lagi, seperti yang sudah dilakukan oleh Allah Bapa, melalui Allah Anak, yaitu Yesus Kristus dan dengan kuasa Allah Roh Kudus menerapkan karya keselamatan ini kepada orang-orang pilihan.
Sudahkah Anda mengalami anugerah yang spesial yang merupakan karya spesial dari Pribadi yang spesial, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus? What's so spesial about Jesus? You can answer now.

Jesus said to YOU, "I am the way, and the truth, and the life. No one comes to the Father except through me.
Believe it or not?

Saturday, March 3, 2007

Tears of Joy

Hari ini harusnya ultah Mammi yang ke 61. Tapi, Mammi sudah meninggal tanggal 10 Juni 2006. Jadi, tahun ini tidak ada lagi ultah, yang ada hanyalah kenangan. Kenangan yang mengingatkan pelajaran berharga untuk hidup. Ada dua moment di dalam waktu yang jauh berbeda, saya menangis untuk kematian Mammi. Dan dua tangisan itu adalah tangisan dengan arti yang juga berbeda. Tangisan yang pertama, terjadi di tahun 1991. Waktu itu mimpi kalau Pappi dan Mammi meninggal dunia. Bangun dari tidur, langsung nangis, tangisan kesedihan. Hari itu baru sadar, mungkin tidak akan pernah ketemu lagi dengan kedua orangtuaku. Karena saat itu, saya sudah pergi jauh dari rumah selama 1 tahun, dan mungkin tidak akan pernah pulang lagi ke rumah.
Sedangkan tangisan yang kedua, adalah tangisan pada tanggal 12 Juni 2006. Hari itu, saya harus mewakili keluarga untuk memberikan ucapan terima kasih pada saat penguburan Mammi. Tangisan itu adalah tangisan sukacita, karena mengingat iman Mammi yang tetap mengingat Tuhan saat bergumul dengan penyakit kanker payudaranya, bahkan bisa tetap bersyukur dan pada hari kematiannya kelihatan bersukacita. Jadi ingat saat-saat di rumah sakit, waktu kankernya sudah menjalar sampai ke paru-paru, ada satu lagu yang Mammi seneng dan suka nyanyiin bareng Elvis Presley dari notebook saya. Lagu itu karangan dari Ira F. Stanphill, Mansion Over The Hilltop (Click di sini untuk denger lagunya dan seluruh teksnya), chorusnya:

I've got a mansion just over the hilltop,
In that bright land where we'll never grow old;
And someday yonder we will never more wander,
But walk the streets that are purest gold.

Mengingat semua itu dan kebahagiaan yang dialami oleh Mammi yang membuat saya menangis dengan sukacita di hari penguburan Mammi.
Akhir-akhir ini kembali saya memikirkan tentang perbedaan menangis dan tertawa. Kotbah ke berbagai tempat (khususnya persekutuan2 doa), pemimpin pujian/MC, biasanya berusaha membuat jemaat untuk bisa tertawa dan dianggap itu sebagai sukacita. Apa betul tertawa itu identik dengan sukacita? Ada yang bilang bahwa tertawa itu baik untuk kesehatan, tertawa bisa menyembuhkan, bahkan ada terapi tertawa. Tetapi, apakah tertawa itu pasti sukacita? Saya coba memperhatikan orang yang tertawa. Beberapa di antara mereka adalah orang gila. Sebagian lagi, adalah orang-orang yang mengambil keuntungan dari orang lain, berhasil menipu orang lain dan mereka tertawa. Sebagian lagi yang disebut dengan humor dan lucu adalah kejadian2 yang membuat orang lain kelihatan bodoh, melakukan kesalahan, jadi obyek penderitaan. Jadi, tertawa karena orang lain menderita. Itulah humor yang lucu. Jarang sekali, humor yang mempergunakan logika dan membuat orang tertawa. Dan mungkin ada sebagian kecil yang tertawa karena sukacita!? Dan anehnya, dalam kehidupan Tuhan Yesus, tidak pernah disebutkan bahwa Tuhan Yesus tertawa. Bahkan Tuhan Yesus pernah berkata dalam Lukas 6:25, "Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." Apakah Tuhan Yesus tidak ada sukacita selama hidup di dunia?
Sejujurnya, saya suka sekali ketawa. Bahkan karena satu sekolah teologi melarang untuk ketawa berlebihan, maka saya memutuskan untuk tidak masuk sekolah teologi itu. Saya memiliki kemampuan untuk mentertawakan diri sendiri, mentertawakan orang lain dan dunia, serta membuat orang lain tertawa. Tapi, apakah waktu melakukan semuanya itu saya bersukacita, jawabannya: Tidak tentu!
Bagaimana dengan menangis? Biasanya menangis identik dengan kesedihan, kehilangan, musibah, dan semua yang berhubungan dengan hal itu. Tetapi, biasanya orang melupakan satu hal tentang menangis. Malam ini, mimpin KKR di salah satu gereja. Waktu altar call, beberapa dari yang maju ke depan menangis terus dan tidak ada satupun yang tertawa. Apakah mereka sedih dan tidak ada sukacita karena menyerahkan hidup kepada Tuhan? Faktanya, semua orang yang betul-betul mengalami sukacita yang dalam justru menangis dan bukan tertawa. Bahkan orang yang tertawa terbahak-bahak justru sering diakhiri dengan air mata.. Sehingga menangis justru menjadi satu elemen yang lebih penting dibandingkan dengan tertawa. Pertanyaannya, hal-hal apa yang membuat seseorang menangis dengan sukacita? Apakah itu karena hal-hal yang sementara ataukah hal-hal yang bernilai kekal?
Ada banyak tangisan dan air mata kita seharusnya disimpan untuk hal-hal yang bernilai kekal, dan bukan hanya air mata buaya yang selalu datang begitu saja dalam kesulitan dan penderitaan. Justru kita seharusnya terus memiliki tangisan untuk jiwa-jiwa orang pilihan yang masih hidup dalam dosa, tangisan sukacita waktu melihat mereka kembali kepada Bapa, tangisan untuk kehendak Allah yang belum digenapi dan tangisan untuk sukacita orang-orang percaya yang hidup menurut jalan-jalan Tuhan, dan masih banyak-banyak lagi tangisan-tangisan yang penuh sukacita dalam kehendak Tuhan yang akan dianugerahkan Tuhan. I'm waiting for it? What about you?

2 In my Father's house are many mansions: if it were not so, I would have told you. I go to prepare a place for you.
3 And if I go and prepare a place for you, I will come again, and receive you unto myself; that where I am, there ye may be also.
John 14:2,3

Friday, February 23, 2007

Makan dan minum: Penciptaan-Kekekalan?

Bicara soal makan dan makanan, apa memang sangat perlu dan penting dalam teologi? Banyak orang hanya mengkaitkan dengan kerakusan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Tapi, percaya atau tidak makan mempunyai perananan yang sangat penting dalam memuliakan dan menikmati Tuhan secara pribadi. Ini salah satu topik yang saya paling sukai. Melihat makan pada saat penciptaan, manusia jatuh dalam dosa karena makan, sesudah ditebus oleh Kristus dan waktu kembali kepada Tuhan, masihkah kita makan dan minum? Pernah mikir ini?

Saya mencoba melihat beberapa fakta dalam Alkitab yang berbicara tentang pergumulan manusia dengan makanan dalam empat tahap hidup manusia.

1. Penciptaan

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:9

Ada dua kata yang perlu dipikirkan: 'menarik' dan 'baik' untuk dimakan buahnya. Sebagian orang hanya memikirkan kata menarik ditujukan kepada pohon-pohon dan bukan pada buahnya. Sebenarnya, kata 'menarik' itu berhubungan dengan buah-buahan. Nanti kita bisa melihat hubungannya dgn peristiwa manusia jatuh dalam dosa. Kata 'menarik' menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukan hanya memberikan kepada manusia makanan yang sesuai untuk kebutuhan manusia, apa yang baik, tapi juga memberikan kenikmatan dalam makan. Itu sebabnya buah2an tidak diciptakan dalam satu bentuk dan satu rasa. tapi dibuat bermacam-macam untuk kenikmatan dan kebaikan bagi manusia. Maka, makan adalah kesempatan untuk menikmati yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

2. Kejatuhan dalam Dosa
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Kej 2:16-17

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kej 3:6

Banyak yang mengatakan kalau manusia jatuh dalam dosa karena kesomobongan dan keinginan menjadi sama seperti Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal itu. Bagi saya, ujiannya adalah makanan dan berbicara tentang kepuasan dan ketidak-puasan.
Kalau kita lihat, ujiannya sederhana. Tuhan sudah berikan banyak buah2an yang menarik dan baik untuk dimakan (kej 2:9). Yang tidak boleh dimakan hanya buah dari satu pohon (Kej 2:16-17). Tapi, Iblis bisa membuat manusia tidak puas dengan semua pemberian Tuhan dan membuat yang tidak boleh menjadi baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Makan dan minum sekarang berada di dalam arah kenikmatan yang salah. Apa masih kurang kenikmatan yang Tuhan berikan? Semua boleh dinikmati, kecuali yang satu itu...
Akibatnya terhadap manusia, sejak saat itu, manusia harus bekerja keras sampai mati untuk bisa mendapatkan makanan (Kej 3:17-19). Implikasi lainnya, manusia tidak lagi menikmati Tuhan dalam makan...

3. Penebusan di dalam Kristus.
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
1 Kor 10:31

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya waktu menghubungan makan dan minum dengan Tuhan. Beberapa diantaranya:
- Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35, 48, 51)
- Perjamuan dipakai untuk mengingat penebusan Kristus (Mat 26:26-28)
- Waktu mengajarkan Doa Bapa kami, permintaan pertama bukan penebusan dosa tapi makanan (Mat 6:11)
Maka, sesudah ditebus makan dan minum menjadi salah satu aspek yang dipakai untuk bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa makan dan minumpun harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31)

4. Di Langit dan Bumi Yang Baru
Ada beberapa ayat di dalam kitab Wahyu yang perlu dilihat, Why 21:6 (air hidup); 22:1 (sungai kehidupan); 22:2 pohon kehidupan; 22:14 (pohon kehidupan); 22:17(air hidup).
Agak sulit untuk menafsirkan bagian-bagian ini. Tapi, kita bisa lihat ada nuansa yang menggambarkan kebutuhan dari umat yang ditebus untuk terus-menerus bergantung kepada Pencipta dan Penebus kita. Kita butuh sesuatu yang harus kita 'makan' dan 'minum' yang berasal dari Tuhan untuk hidup kita.
Kita juga bisa melihat kepada perkataan Kristus pada perjamuan terakhir di dalam Matius 26:29, Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."



Kesimpulan.
Dari fakta-fakta di atas, maka makan itu menjadi sangat penting bukan pada makanan itu sendiri (krn Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan minuman-Rom 14:17), tetapi kepada lambang dari makan (beberapa kali menunjuk kepada Kristus dan persekutuan dengan Kristus), dan bagaimana menikmatinya sebagai pembelajaran untuk menikmati Tuhan sampai selama-lamanya.
Makan bukan hanya menikmati berkat itu, tapi lebih tinggi lagi menikmati Sumber Berkatnya. Caranya, waktu makan jangan hanya berhenti dalam kenikmatan bagi kita, tapi berpikir ttg sumber kenikmatan yg pasti lebih nikmat. Mengutip bait ketiga dari lagunya Rhea F. Miller (1922), I'd Rather Have Jesus:
He's fairer than lilies of rarest bloom;
He's sweeter than honey from out the comb;
He's all than my hungering spirit needs.
I'd rather have Jesus and let Him lead


Maka, sebelum makan, Doa jangan hanya formalitas dan basa-basi. Bersyukur! Minta anugerah Tuhan agar kita bisa menikmati dan bersekutu dengan Dia. Pikirkanlah Sang Sumber Berkat pada saat menikmati berkatNya. Dan nikmati dalam ucapan syukur, sadar bahwa makan adalah kesempatan kita belajar bergantung, bersandar, bersekutu dan menikmati Tuhan.

Monday, December 25, 2006

Christmas: Cur Deus Homo?

1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yoh 1:1,14)


Pertanyaan dari Anselm selalu menjadi pertanyaan yang menjadi perenungan waktu Natal. Why God-man? Why God became man? Mengapa harus Allah menjadi manusia? Mengapa harus Allah dan manusia? Sedikit orang Kristen yang merenungkan hal ini pada saat Natal. Biasanya yang dipikirkan hanya sukacita dan kasih Allah.
Pada saat malaikat memberitakan kabar kesukaan tentang kelahiran Tuhan Yesus dalam Luk 2:11, yang ditekankan adalah kelahiran Juruselamat: Kristus Tuhan di kota Daud. Sang Mesias datang sebagai Juruselamat, Dia adalah Tuhan tapi juga manusia keturunan Daud. Maka, Allah dan Manusia ada hubungannya dengan keselamatan. Natal tanpa bicara sampai kepada salib dan kebangkitan, maka itu bukan Natal yang sebenarnya.
Apa mungkin manusia membebaskan dirinya dari keberdosaannya? Kalau mungkin, maka manusia tidak membutuhkan Juruselamat..Agama-agama ingin memberikan jalan keluar dengan usaha manusia untuk melepaskan diri dari keberdosaannya. Dengan perbuatan baik, penyiksaan diri, dan 'memanipulasi' Allah. Mengapa agama2 berusaha melakukan semua ini? Karena pengertian tentang dosa dan penebusan dosa yang salah.
Alkitab dengan sangat jelas berbicara tentang dosa dan kuasanya, serta akibat dari dosa. Kemudian Alkitab juga berbicara tentang penebusan dosa. Kuasa dosa yang membawa kepada maut hanya bisa dipatahkan dengan kematian dan kebangkitan seorang yang tidak berdosa..Hmmm..Mana mungkin? Mana ada manusia yang tidak berdosa? Kalaupun ada yang tidak berdosa, siapa yang bisa mati dan membangkitkan dirinya sendiri, serta mengalahkan kuasa dosa dan kuasa maut, sehingga bisa hidup sampai selama-lamanya tanpa dosa?
Kalau begitu jalan keluarnya, harusnya pada Allah. Meminta cinta kasihNya dan pengampunanNya. Bukankah Allah adalah Maha Pemurah dan Maha Penyayang? Tetapi, kalau Allah mengampuni semua dosa manusia tanpa menghukum manusia, maka Dia bukan Allah yang Maha Adil, maka Dia pasti bukan Allah sejati. Lagi pula Dia melawan hukum-hukumNya sendiri, upah dosa adalah maut. Apakah Allah bisa mati dan mewakili manusia?
Kalau begitu, apa mungkin Allah tetap ADIL dan juga Maha Pengasih? Dan bisa melepaskan manusia dari segala kesulitannya dengan dosa?
Jawabannya, ada di dalam Natal, Salib dan Paskah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus Kristus, sang Juruselamat, Allah-Manusia, satu-satunya jalan keluar dari kesulitan manusia dengan dosa. Karena Yesus Kristus Manusia yang tidak berdosa (dikandung dari Roh Kudus), maka Dia bisa mewakili manusia, merasakan kesulitan manusia, dicobai oleh Iblis, menderita dan mati di atas kayu salib untuk menanggung murka Allah Bapa (keadilan Bapa). Tetapi, karena Yesus Kristus adalah Allah, maka dia bisa menanggung semua murka yang seharusnya ditanggung umat pilihan Allah di neraka (kasih Allah), dan bisa bangkit mengalahkan Iblis dan kuasa maut. Semuanya dimulai dari Natal. God became Man.
Pertanyaannya bagi kita, apa artinya bagi kita Allah menjadi manusia? Apa respon kita untuk menggenapi dan melakukan apa yang menjadi kehendakNya?
Merry Christmas...